TEMPO.CO, Jakarta - Seorang aktivis hak perempuan Arab Saudi menuduh tiga mantan kontraktor intelijen AS meretas ponselnya secara ilegal, sehingga ia ditangkap dan kemudian disiksa di negara asalnya. Aktifis bernama Loujain al-Hathloul itu kemudian mengajukan gugatan di pengadilan AS.
Loujain al-Hathloul aktif berkampanye memperjuangkan hak wanita Arab Saudi untuk mengemudi dengan menyiarkan langsung dirinya sendiri sedang menyetir mobil.
Di Saudi, wanita dilarang mengemudi sebelum aturan itu dicabut pada 2018.
Dia menghabiskan hampir tiga tahun di penjara Saudi dan saat ini dilarang meninggalkan Kerajaan. Gugatan itu diajukan atas namanya pada Kamis, 9 Desember 2021, di pengadilan federal di Oregon oleh organisasi nirlaba Electronic Frontier Foundation.
Diduga bahwa operasi pengawasan yang dijalankan oleh tiga bekas kontraktor dan DarkMatter, sebuah perusahaan keamanan siber Uni Emirat Arab, menyebabkan penangkapan al-Hathloul oleh dinas keamanan UEA.
Dia diekstradisi dengan pesawat pribadi ke Arab Saudi, "di mana dia ditahan, dipenjara dan disiksa," menurut gugatan itu.
Hasil investigasi Reuters pada 2019 yang dikutip oleh gugatan itu, mengungkapkan bahwa al-Hathloul menjadi sasaran pada 2017 oleh tim tentara bayaran AS yang mengawasi para pembangkang atas nama UEA di bawah program Project Raven, yang mengkategorikannya sebagai ancaman keamanan nasional dan iPhone-nya diretas.
Al-Hathloul mengatakan bahwa ketika dia disiksa, para interogator menyebutkan komunikasi yang tampaknya mereka pelajari melalui "akses tidak sah" ke teleponnya, menurut gugatan itu.
Pejabat Saudi telah membantah menyiksa al-Hathloul dan mengatakan dia menerima pengadilan yang adil. Reuters meminta tanggapan ke kedutaan Saudi dan Emirat di Washington, tapi tidak segera dijawab.
Dalam penyelesaian terpisah dengan jaksa federal AS pada bulan September, untuk tuduhan peretasan, tiga mantan kontraktor intelijen AS Marc Baier, Ryan Adams, dan Daniel Gericke mengaku melakukan operasi pengawasan atas nama UEA, termasuk membobol perangkat seluler.
Permintaan komentar yang dikirim ke perwakilan Gericke, Baier, Adams dan DarkMatter tidak segera dijawab.
"Tidak ada pemerintah atau individu yang boleh mentolerir penyalahgunaan malware mata-mata untuk menghalangi hak asasi manusia," kata al-Hathloul dalam sebuah pernyataan.
“Inilah sebabnya saya memilih untuk membela hak kolektif kita untuk tetap aman saat online dan membatasi penyalahgunaan kekuasaan dunia maya yang didukung pemerintah.”