TEMPO Interaktif, Jakarta: Israel, yang sudah memulai pertempuran darat setelah delapan hari serangan udara, mungkin akan terperangkap di Jalur Gaza. Ada sejumlah skenario yang terjadi terhadap Israel dalam serangan ini, tapi semuanya bisa berarti kegagalan bagi mereka.
Seorang tokoh Palestina, Abu Zayyad, bekas juru runding Palestina, mengungkapkan ini dalam satu kalimat: "Israel mungkin tahu cara masuk Gaza, tapi saya tidak yakin mereka tahu bagaimana cara keluarnya."
Skenario ini diringkas dari beberapa media Amerika Serikat dan Israel yakni New York Times, Washington Post, Haaretz, serta kantor berita Prancis, AFP. Satu opsi, hanya melakukan serangan udara, sudah dihapus karena Israel menurunkan pasukan darat.
Berikut skenario itu:
1. Hanya Serangan Udara
Hampir 500 orang Palestina tewas oleh serangan bom udara dan hanya empat orang Israel yang tewas. Tapi ini bukan kemenangan bagi Israel karena target utama Israel adalah menghentikan serangan roket Palestina dan ini gagal. Meski mendapat serangan udara, terbukti roket Qassam terus diluncurkan.
Selain itu, dunia internasional, tidak hanya negeri muslim, marah. Di Inggris, artis seperti Annie Lennox ikut berunjuk rasa menentang serangan Israel. Lebih buruk lagi bagi Israel, gengsi Hamas naik di dunia Islam dunia.
2. Serangan Darat, Nasibnya Seperti Lawan Hizbullah
Tidak heran Israel kemudian menurunkan pasukan darat ke Gaza karena kecil kemungkinan mencegah serangan Qassam hanya dari serangan udara. Tapi di darat mereka mesti ingat petaka saat melawan Hizbullah di Lebanon pada 2006.
Hasil pertempuran di Lebanon boleh disebut seri. Tapi hasil perang boleh disebut dimenangkan Hizbullah. Gengsi Hizbullah naik, organisasinya makin kuat, dukungan makin besar, persenjataan sekarang makin lengkap, dan semangat makin tinggi.
Jika pasukan Hamas bisa menahan pasukan Israel, seperti Hizbullah menahan Israel di Lebanon, maka posisi Hamas yang berkekuatan 10-15 ribu orang makin kuat.
Apalagi jika serangan ini diakhiri dengan gencatan senjata karena, mungkin sekali, dalam kesepakatan gencatan Hamas akan menuntut blokade ekonomi Gaza dibuka. Ini tidak diinginkan Israel karena mereka menghitung kemakmuran Gaza sama dengan memperkuat Hamas.
"Jika perang berakhir seri, seperti diperkirakan, dan Israel tidak mencaplok kembali Gaza, Hamas akan mendapat pengakuan diplomatik," kata Aluf Benn, analis politik di koran Israel, Haaretz.
3. Mencaplok Kembali Gaza
Para jenderal Israel menyatakan ada beda antara Gaza dengan Lebanon. Gaya terdiri dataran sehingga perang gerilya seperti yang dijalankan Hizbullah lebih sulit. Selain itu, pasokan senjata dari Suriah ke Lebanon mengalir lancar, tidak seperti pasokan untuk Hamas. Jadi mereka optimistis tidak akan mengalami nasib seperti di Lebanon.
Tapi apa yang kemudian dilakukan setelah mengusai Gaza sepenuhnya. Menduduki lagi? Israel baru tiga tahun lalu keluar dari pendudukan Gaza. Menduduki Gaza itu biayanya sangat mahal dan melelahkan.
"Bisa dipastikan bakal menjadi bencana baik orang di Gaza maupun pihak kita," kata pensiunan jenderal Israel, Shlomo Gazit, yang pada 1967-1974 bertanggung jawab atas pendudukan di wilayah itu.
4. Hancurkan Hamas dan Tinggalkan
Taruh kata Israel bisa benar-benar menghancurkan Hamas, kelompok yang memerintah Gaza sepenuhnya sejak satu setengah tahun silam, kemudian meninggalkan begitu saja. Akan muncul pertanyaan: siapa yang bakal memerintah Gaza?
Kecil kemungkinan ada orang Palestina yang bersedia memimpin Gaza dengan naik tank Israel. Mereka bisa dituduh kolaborator Israel. Bisa-bisa, yang naik adalah kelompok di luar Hamas tapi dengan ideologi lebih keras dan lebih memusingkan Israel.
NEW YORK TIMES/WASHINGTON POST/AFP/NURKHOIRI