TEMPO.CO, Jakarta - Pakistan menerima pinjaman US$ 3 miliar atau setara Rp 43,5 triliun dari Arab Saudi. Menurut Penasehat Keuangan Perdana Menteri, pinjaman untuk Pakistan adalah bagian dari paket dukungan ekonomi.
Pakistan sedang menghadapi tantangan ekonomi yang semakin meningkat. Inflasi tinggi, cadangan devisa merosot, defisit transaksi berjalan yang melebar dan mata uang yang terdepresiasi sedang membebani ekonomi negara di Asia selatan tersebut. Total cadangan devisa likuid Pakistan mencapai US$ 22.498,8 juta, berdasarkan data bank sentral.
Atas pinjaman tersebut, Shaukat Tarin, penasihat keuangan untuk Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, berterima kasih melalui unggahan di Twitter. "Saya ingin berterima kasih kepada Yang Mulia Putra Mahkota Mohammed Bin Salman dan Kerajaan Arab Saudi atas sikap baiknya."
Pinjaman dari Arab Saudi akan berlangsung selama satu tahun dengan tingkat bunga 4 persen, berdasarkan ketentuan paket, yang ditandatangani bulan lalu.
"Ini adalah berita positif dan membantu meningkatkan cadangan devisa serta sentimen di pasar valas," kata Saad Hashemy, Direktur Eksekutif BMA Capital.
Baca Juga:
Pinjaman itu datang seminggu setelah Dana Moneter Internasional atau IMF setuju untuk memberikan pinjaman US$ 6 miliar kepada Pakistan.
Inflasi di Pakistan pada November melejit menjadi 11,5 persen dari bulan sebelumnya 9,2 persen. Bank sentral Pakistan telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin menjadi 8,75 persen untuk melawan tekanan inflasi.
Rupee Pakistan, yang ditutup pada hari Jumat adalah 176,77 aterhadap satu dolar, telah terdepresiasi lebih dari 11 persen sejak awal tahun ini.
Baca: Menteri Negara Islam Bertemu di Pakistan untuk Membantu Afghanistan
REUTERS