TEMPO.CO, Jakarta - Inggris pada Rabu, 1 Desember 2021, mengunci kesepakatan untuk membeli lebih dari 114 juta dosis vaksin virus corona merek Pfizer/BioNtech dan Moderna. Pembelian ini dipercepat menyusul munculnya varian baru Covid-19, omicron.
Dari total sekitar 114 juta dosis itu, 60 juta dosis adalah vasin Moderna dan 54 juta dosis vaksin Pfizer. Vaksin Covid-19 tersebut akan digunakan untuk tahun depan dan 2023. Pasokan vaksin virus corona tersebut akan digunakan untuk memerangi varian baru omicron jika diperlukan dan varian lain.
“Kesepakatan ini akan menjadi bukti upaya imunisasi massal yang dilakukan Inggris, yang sejauh ini sudah mendistribusikan lebih dari 115 juta dosis vaksin virus corona ke seluruh Inggris. Kami akan memastikan lebih banyak orang terlindungi pada tahun-tahun mendatang,” kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid.
Seorang pria berdiri di samping rak kosong daging segar di supermarket, ketika jumlah kasus virus corona di seluruh dunia terus bertambah, di London, Inggris, 15 Maret 2020.[REUTERS/Henry Nicholls]
Sejauh ini, hampir 51 juta warga negara Inggris sudah mendapat suntik dosis pertama vaksin virus corona atau hampir 89 persen dari populasi usia 12 tahun ke atas. Ada lebih dari 46 juta warga Inggris yang sudah mendapat suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 dan sekitar 18,6 juta orang mendapatkan suntikan penguat vaksin virus corona.
Pada Selasa, 30 November 2021, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan akan memberikan suntikan dosis ketiga atau vaksin penguat kepada semua orang dewasa di Inggris per akhir Januari 2021. Itu artinya, Inggris membutuhkan tambahan jutaan dosis vaksin virus corona per minggunya.
Di Inggris sudah ditemukan 32 kasus varian omicron, yang diduga mudah menular. Kondisi ini telah memicu Inggris untuk meningkatkan program imunisasi massal vaksin virus coronanya
Inggris telah mewajibkan penggunaan masker di transportasi umum dan toko-toko. Namun Perdana Menteri Johnson dan para menterinya berharap program imunisasi dosis ketiga vaksin virus corona bisa membuat negara itu tak perlu memberlakukan kebijakan larangan kumpul-kumpul dan larangan lainnya.
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.