TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Cina terlibat dalam perlombaan senjata untuk mengembangkan senjata hipersonik yang paling mematikan, kata sekretaris Angkatan Udara AS pada Selasa, ketika Beijing dan Washington membangun dan menguji lebih banyak senjata generasi masa depan yang berkecepatan tinggi.
"Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas," kata Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall kepada Reuters selama wawancara di kantor Pentagon, dikutip dari Reuters, 2 Desember 2021.
"Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. Cina telah melakukannya dengan sangat agresif," paparnya.
Pada Oktober, Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Mark Milley, mengonfirmasi tes senjata hipersonik Cina, yang menurut para ahli militer tampaknya menunjukkan perhatian Beijing terhadap sistem yang mengorbit Bumi yang dirancang untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.
Tahun ini Pentagon telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam. Pada Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur yang membawa senjata hipersonik ke atas.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam.
Kendall mencatat bahwa ketika militer AS telah memfokuskan dana pada Irak dan Afghanistan, mereka telah mengalihkan perhatiannya dari hal senjata hipersonik. "Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak," katanya.
Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap untuk mengumpulkan dana dengan pensiunnya sistem yang lebih tua dan mahal untuk dipelihara demi sistem baru, termasuk program pengembangan hipersonik.
"Saya suka A-10. C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 sangat efektif untuk kontra-terorisme dan sebagainya. Mereka masih berguna, tapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang menakut-nakuti Cina," kata Kendall, merujuk pada pesawat tempur berusia lebih dari 40 tahun, sebuah pesawat untuk membawa kargo, dan drone yang banyak digunakan.
Kontraktor pertahanan berharap untuk memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi baru dan cara melumpuhkannya.
Pembuat senjata Lockheed Martin Corp, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia beralih ke perlombaan senjata baru untuk kelas yang muncul senjata.
Namun, Pentagon ingin kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir senjata hipersonik, kata kepala penelitian dan pengembangan, karena generasi berikutnya dari rudal super cepat yang sedang dikembangkan saat ini menelan biaya puluhan juta dolar AS per unit.
Baca juga: Amerika Sukses Uji Terbang Senjata Hipersonik Buatan Raytheon
REUTERS