TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal mengatakan pada Selasa bahwa Rusia berada di balik plot kudeta untuk menggulingkan pemerintah di Kyiv, tuduhan yang menurutnya berdasarkan laporan intelijen.
Shmygal, yang berada di Brussel untuk berbicara dengan pejabat tinggi Uni Eropa, mengatakan aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa adalah salah satu alasan utama untuk apa yang dia katakan sebagai ancaman agresi Rusia, serangan hibrida, pembangunan militer di perbatasannya, dan pencaplokan 2014 dari Krimea.
"Kami memiliki data rahasia yang menunjukkan niat khusus (untuk memicu kudeta)," kata Shmygal, dikutip dari Reuters, 30 November 2021.
Ditanya apakah negara Rusia berada di belakangnya, dia berkata: "tentu saja."
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan Rusia akan menerima balasan setimpal untuk setiap agresi militer baru terhadap Ukraina.
"Akan ada harga tinggi yang harus dibayar Rusia jika mereka sekali lagi menggunakan kekuatan untuk melawan kemerdekaan bangsa, Ukraina," kata Stoltenberg menjelang pembicaraan dengan para menteri luar negeri NATO di Riga, Latvia, pada Selasa.
Tank Angkatan Bersenjata Ukraina melakukan latihan militer di lokasi dekat perbatasan Krimea yang dicaplok Rusia, Ukraina, 14 April 2021. NATO membantah klaim Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bahwa NATO mengerahkan 40.000 tentara dan 15.000 peralatan militer di dekat perbatasan Rusia. Press Service General Staff of the Armed Forces of Ukraine/Handout via REUTERS
Pada sebuah forum investasi di Moskow, Presiden Vladimir Putin pada hari Selasa mengatakan Rusia terpaksa bertindak jika 'garis merah' di Ukraina dilanggar oleh NATO, jika Rusia melihat ada sistem rudal ofensif dipasang di Ukraina.
"Jika semacam sistem serangan muncul di wilayah Ukraina, waktu penerbangan ke Moskow adalah 7-10 menit, dan lima menit jika senjata hipersonik dikerahkan. Bayangkan saja," kata Putin.
Putin mengatakan Rusia baru saja berhasil menguji coba rudal hipersonik berbasis laut baru yang akan beroperasi pada awal tahun baru. Dia mengatakan rudal itu memiliki waktu terbang 5 menit dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara.
Kremlin mencaplok semenanjung Laut Hitam Krimea dari Ukraina pada 2014 dan kemudian mendukung pemberontak separatis yang memerangi pasukan pemerintah di timur negara itu. Konflik itu telah menewaskan 14.000 orang, menurut Kyiv, dan masih terus membara.
Dua penambahan pasukan Rusia tahun ini di perbatasan Ukraina telah membuat khawatir Barat. Pada bulan Mei, pasukan Rusia di sana berjumlah 100.000, yang terbesar sejak pencaplokan Krimea, kata para pejabat Barat.
Rusia telah menolak pernyataan Ukraina yang menuduh Rusia sedang mempersiapkan serangan, mengatakan Rusia tidak mengancam siapa pun dan membela haknya untuk mengerahkan pasukan di wilayahnya sendiri sesuai keinginan.
Baca juga: Ukraina Gelar Latihan Serangan Udara di Tengah Memanasnya Hubungan dengan Rusia
REUTERS