TEMPO.CO, Kiev -Pemilihan umum Presiden Ukraina 2004 memberikan kenangan tersendiri bagi negara Ukraina.
Pasalnya, waktu tersebut merupakan hari tercetusnya Revolusi Oranye, sebuah demonstrasi besar-besaran yang menuntut pelaksanaan pemilu ulang. Insiden tersebut menyeret beberapa nama tokoh besar Ukraina, seperti Viktor Yanukovych dan Viktor Yushchenko.
Mengutip dari p2k.itbu.ac.id, Revolusi Oranye merupakan sebuah gerakan yang digalakkan oleh massa dan kubu dari Viktor Yushchenko.
Hasil Pemilu 2004 yang dimenangkan oleh kandidat Viktor Yanukovych dianggap curang. Oleh sebab itu, massa melakukan demonstrasi besar-besaran selama sepuluh hari guna mendesak pelaksanaan pemilu presiden ulang.
Melansir dari repository.umy.ac.id, warna oranye dipilih sebagai nama revolusi ini tidak terlepas dari kandidat kubu Viktor Yushchenko. Kandidat yang berasal dari kubu oposisi itu menggunakan warna oranye selama kampanye pemilu presiden. Revolusi Oranye juga dikenal dengan sebutan Revolusi Chestnut, yang diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh di kawasan ibukota Ukraina, Kiev.
Krisis politik di Ukraina melibatkan dua nama tokoh politik besar sekaligus calon kandidat presiden unggulan kala itu. Dua tokoh tersebut adalah Viktor Yanukovych, perdana menteri aktif Ukraina kala itu, dan Viktor Yushchenko, pemimpin oposisi dan mantan perdana menteri Ukraina masa pemerintahan Leonid Kuchma.
Sebagaimana dijelaskan dalam repository.unair.ac.id, saat itu, Viktor Yanukovych memeroleh dukungan besar dari Rusia, khususnya Vladimir Putin selaku presiden Rusia, dalam mempersiapkan dan melaksanakan kampanye pemilu. Sementara itu, kubu Viktor Yushchenko memeroleh dukungan dari Amerika Serikat sekaligus penggerak massa Revolusi Oranye.
Setelah pelaksanaan dua putaran pemilu berakhir, dinyatakan bahwa Viktor Yanukovych menjadi pemenangnya. Namun, pihak Viktor Yushchenko menolak keputusan tersebut dan mengeklaim terjadinya kecurangan. Usaha kecurangan yang dilakukan pihak Viktor Yanukovych sudah tampak bahkan sebelum pemilu dimulai.
Kubu Viktor Yanukovych melakukan berbagai kecurangan berupa menghambat proses kampanye dari kubu Viktor Yushchenko. Bentuk-bentuk kecurangan tersebut antara lain pemanipulasian jumlah pemilih, penyerangan mobil Yushcheko saat kampanye, dan penguntitan proses kampanye kubu Viktor Yushchenko oleh mata-mata negara. Puncaknya, pada 6 September 2004, Viktor Yushchenko mengalami sakit keracunan dioksin dengan kondisi fisik yang melemah.
Akhirnya, pagi hari setelah pelaksanaan pemilu presiden berlangsung. Para massa berkumpul di ibukota Ukraina sembari membawa bendera. Berbagai kendaraan, seperti mobil, truk, dan bus berkumpul di trotoar dan jalan raya. Mereka meneriakkan kata Yu-shchen-Ko! dengan penuh semangat. Mayoritas demonstran memakai atribut berwana oranye sembari menuju lapangan kemerdekaan.
Pada 26 Desember 2004 Ukraina menggelar pilpres ulang yang bersih dan sehat, dikutip dari p2k.unkris.ac.id. Hasil akhir pemilu ini menghasilkan keputusan Viktor Yuschchenko sebagai pemenang pemilu. Pengangkatan Viktor Yuschchenko sebagai presiden berlangsung pada 23 Januari 2005 di Kiev, ibukota Ukraina.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga : Pesan Anies Baswedan ke Golkar: Demokrasi Harus Memberikan