TEMPO.CO, Jakarta - Junta Myanmar mengancam akan menangkap warga yang berinvestasi dalam obligasi yang ditawarkan oleh pemerintah bayangan. Pembeli akan dihukum penjara karena keterlibatan mereka dalam apa yang disebut pendanaan "teroris".
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), aliansi kelompok pro-demokrasi, tentara etnis minoritas dan sisa-sisa pemerintah sipil yang digulingkan oleh militer, mengatakan minggu ini telah mengumpulkan 9,5 juta dolar AS (sekitar Rp136,8 miliar) dalam 24 jam pertama dari penjualan obligasi revolusi itu.
NUG mengatakan hasil dari obligasi tanpa bunga akan mendanai "revolusi" melawan militer sebagai tanggapan atas kudeta 1 Februari 2021 dan penindasan berdarah terhadap protes. Tidak disebutkan bagaimana dana itu akan digunakan.
Zaw Min Tun, juru bicara junta, mengatakan NUG telah dilarang karena dianggap "organisasi teroris", sehingga mereka yang menyediakan dana menghadapi tuntutan serius.
"Tindakan dapat diambil di bawah tuduhan terorisme dengan hukuman berat bagi mereka yang mendanai kelompok teroris," katanya pada konferensi pers yang disiarkan televisi, Jumat, 26 November 2021.
"Jika Anda membeli obligasi uang, itu termasuk dalam (ketentuan) itu."
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta, yang menyebabkan pemogokan dan protes dan tindakan keras militer terhadap para aktivis. Hal ini juga menyebabkan pembentukan pasukan milisi yang bersekutu dengan NUG, beberapa didukung oleh kelompok etnis bersenjata.
Lebih dari 1.200 warga sipil tewas dalam protes dan ribuan ditahan sejak kudeta, menurut aktivis yang dikutip oleh PBB.
Tekanan internasional terhadap junta sangat kuat.
Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara ASEAN memblokir pemimpin junta Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak bulan lalu karena kegagalannya menghentikan permusuhan, melarang akses kemanusiaan dan memulai dialog, sebagaimana disepakati dengan kelompok itu.
Presiden AS Joe Biden, yang berpidato di KTT, juga menegur rezim tersebut.
Obligasi tersebut mulai dijual pada hari Senin untuk sebagian besar warga negara Myanmar di luar negeri dalam denominasi $100, $500, $1.000 dan $5.000, dengan tenor dua tahun.
NUG tidak mengungkapkan berapa banyak pembeli yang ambil bagian dalam penjualan, yang mengharuskan peserta untuk mentransfer dana ke sebuah akun di Republik Ceko.
Seorang warga negara Myanmar berusia 27 tahun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan dia menginvestasikan 500 dolar AS dalam obligasi tersebut.
"Kami tidak mengharapkan uang kembali setelah dua tahun. Kami membelinya karena kami ingin berkontribusi pada revolusi," katanya kepada Reuters.