Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mantan Diktator Korea Selatan Chun Doo-hwan Meninggal

Reporter

image-gnews
Mantan Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan berangkat ke pengadilan di Seoul, Korea Selatan, 9 Agustus 2021. [Yonhap via REUTERS]
Mantan Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan berangkat ke pengadilan di Seoul, Korea Selatan, 9 Agustus 2021. [Yonhap via REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan, yang memerintah Korea Selatan dengan tangan besi setelah kudeta militer 1979 yang memicu protes demokrasi besar-besaran, meninggal pada Selasa dalam usia 90 tahun, kata mantan ajudan persnya.

Chun Doo-hwan menderita komplikasi myeloma, kanker darah yang sedang dalam remisi, dan kesehatannya memburuk baru-baru ini, kata mantan sekretaris persnya Min Chung-ki, dikutip dari Reuters, 23 November 2021.

Dia meninggal di rumahnya di Seoul pagi hari dan tubuhnya akan dipindahkan ke rumah sakit untuk pemakaman di kemudian hari.

Sebagai seorang mantan komandan militer, Chun memimpin pembantaian tentara Gwangju tahun 1980 terhadap demonstran pro-demokrasi. Dia divonis hukuman mati tetapi hukumannya diringankan kemudian.

Mantan jenderal Angkatan Darat itu naik ke tampuk kekuasaan setelah melakukan kudeta setelah pembunuhan Presiden Park Chung-hee pada tahun 1979 dan memerintah Korea Selatan hingga 1988.

Pada tahun 1980, Chun memerintahkan tindakan keras mematikan terhadap pemberontakan sipil Gwangju, menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka, menurut data resmi konservatif, dilaporkan Yonhap.

Kematiannya terjadi sekitar sebulan setelah mantan presiden lainnya dan rekan kudetanya Roh Tae-woo, yang memainkan peran penting namun kontroversial dalam transisi negara yang bermasalah menuju demokrasi, meninggal pada usia 88 tahun.

Chun, selama persidangan pertengahan 1990-an, membela diri bahwa kudeta diperlukan untuk menyelamatkan bangsa dari krisis politik dan membantah mengirim pasukan ke Gwangju.

"Saya yakin saya akan mengambil tindakan yang sama, jika situasi yang sama muncul," kata Chun di pengadilan.

Chun lahir pada tanggal 6 Maret 1931, di Yulgok-myeon, sebuah kota pertanian miskin di daerah tenggara Hapcheon, selama pemerintahan Jepang atas Korea.

Dia bergabung dengan militer langsung dari sekolah menengah, naik pangkat sampai dia diangkat menjadi komandan pada tahun 1979. Mengambil alih penyelidikan pembunuhan Presiden Park Chung-hee tahun itu, Chun mendekati sekutu militer kunci dan mendapatkan kendali badan intelijen Korea Selatan untuk memimpin kudeta 12 Desember.

"Di depan organisasi paling kuat di bawah kepresidenan Park Chung-hee, itu mengejutkan saya betapa mudahnya (Chun) menguasai mereka dan betapa terampilnya dia memanfaatkan keadaan. Dalam sekejap dia tampak telah tumbuh menjadi raksasa," Park Jun-kwang, bawahan Chun selama kudeta.

Mantan presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan, dikelilingi oleh pengawal, berjalan di bawah lentera doa Buddha di kuil Chogye di Seoul, 30 Desember 1997. [REUTERS/Lee Young Ho]

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Delapan tahun pemerintahan Chun di Gedung Biru kepresidenan ditandai dengan kebrutalan dan represi politik. Namun, hal itu juga ditandai dengan meningkatnya kemakmuran ekonomi.

Chun mengundurkan diri dari jabatannya di tengah gerakan demokrasi nasional yang dipimpin mahasiswa pada tahun 1987 menuntut sistem pemilihan langsung.

Pada tahun 1995, ia didakwa dengan pemberontakan, pengkhianatan dan ditangkap setelah menolak untuk hadir di kantor kejaksaan dan melarikan diri ke kampung halamannya.

Selama persidangan, dia dan rekan konspirator kudeta dan Presiden penerus Roh Tae-Woo dinyatakan bersalah atas pemberontakan, pengkhianatan, dan penyuapan. Dalam putusannya, hakim mengatakan bahwa kenaikan kekuasaan Chun dilakukan melalui cara ilegal yang menimbulkan kerusakan besar pada rakyat.

Ribuan mahasiswa diyakini telah tewas di Gwangju, menurut kesaksian para penyintas, mantan perwira militer dan penyelidik.

Roh diberi hukuman penjara yang lama sementara Chun dijatuhi hukuman mati. Namun, hukuman diringankan oleh Pengadilan Tinggi Seoul karena peran Chun Doo-hwan dalam membangun ekonomi Korea Selatan menjadi macan Asia dan peralihan kepresidenan secara damai ke Roh pada tahun 1988.

Kedua pria tersebut diampuni dan dibebaskan dari penjara pada tahun 1997 oleh Presiden Kim Young-sam, dalam apa yang disebutnya sebagai upaya untuk mempromosikan "persatuan nasional."

Chun Doo-hwan kembali menjadi sorotan. Dia menyebabkan kehebohan nasional pada tahun 2003 ketika dia mengklaim total aset 291.000 won uang tunai, dua anjing dan beberapa peralatan rumah, sementara berutang sekitar 220,5 miliar won untuk denda. Keempat anaknya dan kerabat lainnya kemudian ditemukan memiliki petak besar tanah di Seoul dan vila-vila mewah di Amerika Serikat.

Keluarga Chun Doo-hwan pada tahun 2013 bersumpah untuk melunasi sebagian besar utangnya, tetapi denda yang belum dibayarnya masih berjumlah sekitar 100 miliar won hingga Desember 2020.

Pada tahun 2020, Chun dinyatakan bersalah dan menerima hukuman percobaan delapan bulan karena mencemarkan nama baik mendiang aktivis demokrasi dan imam Katolik dalam memoarnya pada 2017. Jaksa telah mengajukan banding dan Chun Doo-hwan menghadapi persidangan minggu depan.

Baca juga: Roh Tae-woo Meninggal, Tokoh Reformasi Korsel yang Divonis Korupsi

REUTERS | YONHAP

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 jam lalu

Militer Israel menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai rudal balistik Iran yang mereka ambil dari Laut Mati setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, di pangkalan militer Julis, di Israel selatan 16 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.


Rapper Zico Memandu Acara Musik The Seasons

23 jam lalu

Rapper Korea Selatan Zico. FOTO/instagram
Rapper Zico Memandu Acara Musik The Seasons

Acara The Seasons akan kembali hadir untuk musim terbarunya. Rapper Korea Selatan Zico sebagai pemandu acaranya


LPDP Buka Beasiswa S2 dan S3 di UST Korea Selatan, Ini Syarat dan Jadwalnya

1 hari lalu

LPDP. lpdp.kemenkeu.go.id
LPDP Buka Beasiswa S2 dan S3 di UST Korea Selatan, Ini Syarat dan Jadwalnya

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan memberikan beasiswa S2 dan S3 di The University of Science & Technology Korea Selatan


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

1 hari lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


Korea Selatan Punya 12 Perayaan Unik yang Jatuh Setiap Tanggal 14, Apa Itu?

2 hari lalu

Ilustrasi pasangan berpelukan. shutterstock.com
Korea Selatan Punya 12 Perayaan Unik yang Jatuh Setiap Tanggal 14, Apa Itu?

Tanggal 14 menjadi angka spesial dalam kalender Korea Selatan. Tak hanya Black day, ternyata Korea punya 12 perayaan unik yang berkaitan dengan cinta.


Demi Laga Red Sparks vs Indonesia All Stars, 2 Rekan Megawati Hangestri Tinggalkan TC Timnas Voli Korea

3 hari lalu

Daejeon Red Sparks. (Instagram/@red__sparks)
Demi Laga Red Sparks vs Indonesia All Stars, 2 Rekan Megawati Hangestri Tinggalkan TC Timnas Voli Korea

Red Sparks dipastikan bakal tampil dengan kekuatan penuh dalam laga uji coba melawan Indonesia All Stars pada Sabtu, 20 April 2024.


Apa itu Black Day yang Diperingati Setiap 14 April di Korea Selatan

4 hari lalu

Ilustrasi wanita lajang. shutterstock.com
Apa itu Black Day yang Diperingati Setiap 14 April di Korea Selatan

Black day adalah hari yang didedikasikan untuk para jomblo di Korea Selatan.


Kenalan dengan Member xikers yang Akan Manggung di Jakarta

6 hari lalu

Boy group asal Korea Selatan xikers akan manggung di Jakarta dalam festival Saranghaeyo Indonesia 2024. Berikut masing-masing profil membernya. Foto: The Korea Herald
Kenalan dengan Member xikers yang Akan Manggung di Jakarta

Boy group asal Korea Selatan xikers akan manggung di Jakarta dalam festival Saranghaeyo Indonesia 2024. Berikut masing-masing profil membernya.


2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

7 hari lalu

Para dokter saat protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

Korea Selatan masih didera pemogokan massal para dokter. Ribuan perawat disiagakan.


Partai Oposisi Menang Pemilu, PM Korea Selatan Putuskan Mundur

8 hari lalu

Bendera AS dan Korea Selatan. REUTERS
Partai Oposisi Menang Pemilu, PM Korea Selatan Putuskan Mundur

Perdana Menteri Korea Selatan mundur setelah partai oposisi menang telak.