TEMPO.CO, Jakarta - New Delhi telah mencabut larangan kegiatan konstruksi karena kualitas udara sedikit membaik, tetapi sekolah dan kantor akan tetap tutup hingga setidaknya Rabu, kata menteri lingkungan pada Senin.
Indeks Kualitas Udara (AQI) Delhi turun menjadi 303 pada skala 500, atau turun dari 499 hampir seminggu yang lalu, ketika kabut tebal menyelimuti kota berpenduduk lebih dari 200 juta orang itu. Tingkat AQI saat ini masih menunjukkan kondisi "sangat buruk", menurut lembaga pemantau pemerintah, Reuters melaporkan, 22 November 2021.
"Kualitas udara perlahan membaik," kata Gopal Rai, Menteri Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pengembangan Satwa Liar, dalam konferensi pers. "Buruh menghadapi kesulitan, dan itulah sebabnya kami memutuskan untuk melanjutkan kegiatan konstruksi."
Dia mengatakan pihak berwenang akan memantau lokasi konstruksi untuk memastikan bahwa pembangun mengikuti langkah-langkah pengendalian debu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters akhir pekan lalu, Rai mengatakan kota itu akan mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan pribadi untuk mengemudi pada hari-hari alternatif, jika polusi udara yang parah terus mengganggu ibu kota India.
Selain melarang pembangunan, pemerintah kota juga menutup sekolah dan kantor, memungkinkan orang untuk bekerja dari rumah.
Rai mengatakan pada konferensi pers bahwa pihak berwenang akan meninjau kualitas udara kota pada 24 November dan kemudian memutuskan apakah akan membuka kembali sekolah dan kantor.
"Kami memantau dengan ketat," kata menteri. Dia juga mengimbau warga untuk menggunakan transportasi umum.
Emisi kendaraan menyumbang lebih dari setengah polusi udara Delhi antara 24 Oktober hingga November. 8, menurut lembaga pemikir Centre for Science and Environment pada awal bulan ini.
Pencemaran udara yang mencekik Delhi menempatkan lebih banyak anak di rumah sakit dengan masalah pernapasan, kata dokter pekan lalu. Pemerintah juga menutup lima pembangkit listrik tenaga batu bara dan memperpanjang penutupan sekolah untuk mengatasi krisis.
Polutan yang berasal dari pembakaran sisa lahan, transportasi, industri, dan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar kota cenderung terperangkap saat suhu turun selama musim dingin.
Alhasil, kualitas udara memburuk tajam pada bulan-bulan musim dingin di Delhi, yang sering menduduki peringkat ibu kota paling tercemar di dunia.
Baca juga: Polusi Udara Menyebabkan Kematian Dini 300.000 Orang di Eropa
REUTERS