TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria bersenjata Palestina dari kelompok Hamas membunuh seorang warga sipil dan melukai tiga orang lainnya di Kota Tua Yerusalem pada Ahad sebelum ditembak mati oleh polisi Israel, kata para pejabat.
Insiden itu, serangan kedua di Yerusalem dalam empat hari terakhir, terjadi di dekat salah satu gerbang kompleks Masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga umat Islam. Orang-orang Yahudi menghormati situs tersebut sebagai sisa dari dua kuil kuno.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Omer Barlev menggambarkan pria bersenjata itu sebagai anggota Hamas dari Yerusalem Timur. Dia menggunakan senapan mesin ringan dalam serangan itu, kata Barlev, dikutip dari Reuters, 21 November 2021.
Hamas mengonfirmasi pria yang diidentifikasi oleh Israel sebagai penyerang adalah anggotanya. Inggris pada hari Jumat melarang Hamas dan mencapnya sebagai kelompok teroris. Langkah itu membawa sikap London sejalan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Serangan itu melukai serius dua warga sipil, salah satunya meninggal di rumah sakit, kata seorang juru bicara polisi. Dua petugas polisi terluka ringan.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett memerintahkan keamanan ditingkatkan di sekitar Yerusalem setelah serangan hari Minggu. "Pada pagi seperti ini, seseorang dapat menarik dukungan dari keputusan (Inggris) untuk menggambarkan Hamas - termasuk apa yang disebut sayap politiknya - sebagai organisasi teroris," kata Bennett kepada kabinetnya.
Israel merebut Kota Tua dan bagian lain Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan, sementara Israel mengatakan seluruh kota adalah ibu kota abadi mereka dan tak terpisahkan.
Baca juga: Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia bagi Perdamaian Palestina
REUTERS