TEMPO.CO, Jakarta - Seorang petarung MMA asal Rusia, Akmal Khozhiev ditangkap polisi karena diduga menikam seorang dokter dengan tulang binatang. Tindakan brutal itu terjadi di Pulau Guam Pasifik, Amerika Serikat, setelah Khozhiex berselisih dengan korbannya tentang vaksin Covid-19.
Akmal Khozhiev menyebut dirinya pembunuh yang tidak divaksinasi. Di media sosial, ia kerap mengunggah informasi anti-vaksin. Ia lahir di Uzbekistan dan pernah bekerja di Bandara Pulkovo, di St. Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia.
Polisi Guam menangkap Khozhiev berlumuran darah di kediamannya pada 7 November, menurut Guam Daily News. Sedangkan tubuh dokter ahli radiologi, Miran Ribati ditemukan dalam genangan darah di dekat tangga dalam kompleks apartemen yang sama.
Seorang saksi mata mengatakan Khozhiev, 27 tahun dan Ribati, 44 tahun awalnya berdebat tentang vaksinasi saat makan malam setelah kembali dari pantai. “Saya tidak mempercayai Anda lagi,” kata saksi menirukan pernyataan Khozhiev kepada Ribati.
Petarung MMA Akmal Khozhiev mulai mencekik Ribati. Ia lalu berulang kali menikamnya di leher dengan tulang binatang yang tersisa setelah makan malam.
Dua wanita, yang diidentifikasi oleh media lokal sebagai ibu dan saudara perempuan Khozhiev, telah mencoba menghentikan perselisihan tersebut namun gagal. Khozhiev pun mengakui pembunuhan itu kepada polisi.
"Saya telah membunuhnya," kata Khozhiev, dilansir dari Pacific Daily News.
Seorang hakim menetapkan jaminan uang tunai US$ 1 juta dan memerintahkan petarung MMA asal Rusia ini tetap ditahan. Dia menghadapi tuntutan kejahatan pembunuhan tingkat pertama yang diperparah dengan senjata mematikan. Ia juga menghadapi serangan tingkat kedua dengan senjata mematikan.
Gym tempat Khozhiev dan Ribati bekerja menyatakan telah memecat petarung MMA tersebut. Dia dianggap merupakan ancaman terhadap staf dan pelanggan.
Baca: Claressa Shields Membuat Debut MMA, Hentikan Brittney Elkin di Ronde Ketiga
THE MOSCOW TIMES