TEMPO.CO, Jakarta - Badan intelijen Kanada mengatakan pada Jumat mereka semakin khawatir dengan munculnya ujaran kebencian online yang bermotif ideologis, yang sebagian besar disebabkan ketegangan akibat pandemi Covid-19.
Canadian Security Intelligence Service (CSIS) mengatakan sejak awal pandemi, ancaman yang ditimbulkan oleh para ekstremis telah berkembang dengan keragaman dan fluiditas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Covid-19, kata CSIS, telah memperburuk jenis xenofobia dan anti-otoritarianisme yang ada. Ekstremis kekerasan mengeksploitasi pandemi dengan memperkuat informasi palsu tentang tindakan pemerintah dan virus, katanya, dikutip dari Reuters, 13 November 2021.
Para pengunjuk rasa yang menentang vaksinasi wajib telah memblokir akses ke rumah sakit di seluruh Kanada dan menyalahgunakan staf medis, baik secara langsung maupun online.
"Retorika online yang semakin keras dan seruan untuk penangkapan dan eksekusi individu tertentu semakin mengkhawatirkan," kata CSIS.
CSIS mengatakan bahwa sejak 2014, orang-orang yang termotivasi secara keseluruhan atau sebagian oleh ekstremisme telah menewaskan 25 orang dan melukai 41 orang di Kanada. Ini lebih dari yang dimotivasi oleh ekstremisme agama atau politik.
Pada bulan Juni, empat anggota keluarga Muslim Kanada ditabrak dan dibunuh oleh seorang pria di sebuah truk pikap dalam serangan yang menurut polisi bermotif kejahatan kebencian.
Baca juga: Pembunuhan Satu Keluarga Muslim Kanada Bermotif Kebencian Agama
REUTERS