TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok milisi dukungan Iran dituding berada di belakang serangan drone ke Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, Minggu, 7 November 2021.
Pejabat keamanan Irak dan sumber yang dekat dengan milisi mengatakan kepada Reuters, Senin, 8 November 2021, bahwa drone dan bahan peledak yang digunakan dalam serangan itu adalah buatan Iran.
Seorang juru bicara untuk satu kelompok paramiliter yang bersekutu dengan Iran menolak untuk segera mengomentari serangan itu atau siapa yang melakukannya. Kelompok lain yang didukung Iran tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar. Pemerintah Iran di Teheran juga tidak menanggapi permintaan komentar.
Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi lolos tanpa cedera dari serangan di kediamannya di ibukota Irak, Baghdad, yang dilakukan dengan menggunakan pesawat tanpa awak sarat bahan peledak.
Dua pejabat keamanan Irak dan tiga sumber yang dekat dengan kelompok milisi yang didukung Iran di Irak mengatakan serangan itu dilakukan oleh setidaknya satu dari kelompok itu, tetapi memberikan penilaian yang sedikit berbeda tentang faksi mana.
Kedua pejabat keamanan itu mengatakan bahwa kelompok Kataib Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq melakukannya bersama-sama.
Salah satu sumber milisi mengatakan bahwa Kataib Hezbollah terlibat dan dia tidak dapat mengkonfirmasi peran Asaib.
Tak satu pun dari kelompok-kelompok itu segera berkomentar untuk tudingan ini.
Tidak ada kelompok mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang meningkatkan ketegangan di Irak beberapa minggu setelah pemilihan umum. Sejumlah milisi yang didukung Iran termasuk Kataib Hezbollah dan Asaib, memprotes hasil pemilu itu.
Partai-partai politik dari kelompok paramiliter yang bersekutu dengan Iran di parlemen menderita kekalahan telak dalam pemilihan pada 10 Oktober 2021. Mereka kehilangan puluhan kursi yang telah mereka kuasai selama beberapa tahun.