TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi selamat dari sebuah serangan drone pada Minggu pagi, 7 November 2021. Militer Irak menyebut serangan ini sebagai upaya pembunuhan, yang untungnya Kadhimi berhasil kabur sehingga tidak terluka.
Serangan drone yang mengincar Perdana Menteri Kadhimi melukai beberapa pengawal pribadi Kadhimi. Kejadian ini terjadi setelah serangkaian unjuk rasa di Ibu Kota Bagdad buntut dari pemilu akhir bulan lalu yang berujung ricuh.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut dan menawarkan bantuan untuk melakukan investigasi.
“Ini tampaknya tindakan terorisme, yang sangat kami kecam, yang diarahkan pada jantung negara. Kami melakukan komunikasi dengan militer Irak yang bertanggung jawab menjaga kedaulatan Irak dan kemerdekaan. Kami menawarkan bantuan kami untuk menginvestigasi serangan ini,” kata Ned Price, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.
Sejumlah kelompok bersenjata memimpin unjuk rasa dan mengkomplain hasil pemilu pada 10 Oktober 2021 lalu. Dalam pemilu tersebut, kelompok-kelompok militan kehilangan banyak suara di parlemen. Mereka pun menuduh pemilu pada Oktober lalu terdapat kecurangan.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada Kadhimi, yang terjadi di area zona hijau Bagdad, yakni kawasan yang dipenuhi rumah-rumah dinas dan kantor kedutaan besar asing. Kantor Perdana Menteri Irak di Twitter menjelaskan kondisi Khadimi dalam kondisi sehat.
Baca juga: Penyelidikan Serangan Drone AS di Kabul: Ada Kesalahan tapi Bukan Kriminal
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.