TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 negara termasuk Indonesia setuju menghentikan deforestasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca metana hingga akhir 2030, untuk membantu memperlambat perubahan iklim. Perjanjian tersebut diteken pada puncak pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT COP26 yang membahas tentang perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia.
Sementara itu negara-negara kaya akan memberikan bantuan keuangan yang telah lama dijanjikan untuk negara-negara berkembang yang terkena dampak paling parah pemanasan global.
KTT COP 26 bertujuan mempertahankan penurunan suhu bumi pada 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri, untuk mencegah kerusakan yang lebih besar oleh gas rumah kaca. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang menjadi tuan rumah acara tersebut menyambut baik langkah-langkah terbaru meski harus berhati-hati.
"Kita harus berhati-hati untuk menjaga dari harapan palsu, dan tidak berpikir bahwa pekerjaan itu telah selesai. Jalan masih sangat panjang," katanya dalam konferensi pers.
Lebih dari 100 negara bergabung dalam KTT COP 26 yang dipimpin AS dan Uni Eropa, untuk mengurangi emisi metana 30 persen pada tahun 2030 dari tingkat tahun 2020. Pengurangan gas metana ini berpotensi membendung pemanasan berlebih di planet ini.
Deforestasi dan pengurangan gas metana akan didukung dana sebesar US$ 19 miliar dari publik dan swasta. Selain Indonesia, janji tersebut didukung oleh Republik Demokratik Kongo dan Brasil yang menyumbang 85 persen dari hutan di dunia.
"Kita akan mengakhiri sejarah panjang umat manusia sebagai penakluk alam. Sebagai gantinya manusia sebagai penjaga alam," kata pemimpin Inggris Boris Johnson.
Presiden Joe Biden mengatakan AS akan membantu dunia mewujudkan tujuan bersama menghentikan penggundulan hutan. AS juga akan memulihkan 200 juta hektar tambahan hutan dan ekosistem lainnya di 2030.
Dalam kesempatan itu, Joe Biden menegur Presiden China Xi Jinping yang tak datang di acara KTT COP26. "Ini adalah kesalahan besar bagi China karena tidak muncul," kata Biden pada konferensi pers.
"Seluruh dunia akan melihat ke China dan mengatakan nilai tambah apa yang diberikan? Mereka kehilangan kemampuan mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia dan semua orang di sini. Cara yang sama saya akan berdebat dengan Rusia."
Baca: Jokowi Jadi Pembicara dalam World Leaders Summit on Forest and Land Use
REUTERS