TEMPO.CO, Jakarta - Gara-gara mengunggah video sedang makan pisang, delapan pengungsi Suriah terancam dideportasi Pemerintah Turki. Tuduhan yang dikenakan pada mereka tidak main-main, yaitu "memprovokasi" dan "menghasut kebencian".
Perkara ini adalah buntut video yang diunggah sebuah laman berita online di Turki tentang pertengkaran antara warga setempat dengan pengungsi asal Suriah. Dalam unggahan itu, seorang laki-laki paruh baya mengatakan kepada wanita muda Suriah, “Kamu hidup dengan nyaman. Saya tidak bisa makan pisang, Anda membeli pisang berkilo-kilo."
Seorang wanita juga mengkritik warga Suriah karena tidak berperang di negara itu tetapi kembali untuk perayaan keagamaan.
Menurut Aljazeera, Sabtu, 30 Oktober 2021, berita video yang disiarkan pada 17 Oktober 2021 mendapat reaksi dari kelompok pengungsi dengan mengunggah video sedang makan pisang di akun media sosial.
Satu video di TikTok yang diposting sebagai tanggapan menunjukkan sekelompok pria muda tertawa sambil mengunyah pisang di tempat tukang cukur saat soundtrack wawancara jalanan diputar di latar belakang.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu, 27 Oktober 2021, Direktorat Jenderal Manajemen Migrasi Turki mengatakan “upaya sedang dilakukan untuk mengungkap semua unggahan provokatif … dan untuk melaksanakan prosedur peradilan dan administratif yang diperlukan terhadap semua individu yang membuat unggahan ini”.
Dikatakan "proses deportasi akan dimulai" terhadap delapan orang asing setelah mereka diproses oleh sistem peradilan tetapi tidak menentukan ke mana mereka yang ditahan akan dideportasi.
Prinsip nonrefoulement melarang mengembalikan seseorang ke tempat di mana mereka menghadapi risiko penganiayaan.
Otoritas kepolisian Istambul mengatakan 11 warga Suriah ditahan karena "menghasut kebencian" dan "menghina rakyat Turki".
Turki menampung pengungsi terbesar di dunia, sebagian besar terdiri dari 3,6 juta warga Suriah. Mereka disambut pada awal konflik Suriah pada 2011, namun memburuknya kondisi ekonomi di Turki telah membuat sentimen lokal berbalik melawan mereka.
Beberapa orang Turki mengeluh bahwa warga Suriah memiliki standar hidup yang lebih tinggi sementara mereka berjuang untuk membayar kebutuhan dasar di tengah pengangguran yang tinggi dan inflasi.