TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin kelompok ekonomi G20 ekonomi menyepakati pernyataan akhir pada Ahad yang mendesak tindakan berarti untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius tetapi menawarkan sedikit komitmen konkret.
Hasil negosiasi yang alot selama berhari-hari di antara para diplomat menyisakan pekerjaan besar yang harus dilakukan pada konferensi iklim PBB COP26 di Skotlandia, di mana sebagian besar pemimpin G20 akan terbang langsung dari Roma.
Blok G20, yang mencakup Brasil, Cina, India, Jerman, dan Amerika Serikat, menyumbang sekitar 80% dari emisi gas rumah kaca global.
Dokumen terakhir mengatakan rencana nasional saat ini tentang bagaimana mengekang emisi harus diperkuat jika perlu dan tidak membuat referensi khusus untuk 2050 sebagai tanggal untuk mencapai emisi karbon nol bersih.
"Kami menyadari bahwa dampak perubahan iklim pada 1,5 derajat Celsius jauh lebih rendah daripada pada 2 derajat Celsius. Menjaga 1,5 Ceslsius dalam jangkauan akan membutuhkan tindakan dan komitmen yang bermakna dan efektif dari semua negara," kata komunike KTT G20, dikutip dari Reuters, 31 Oktober 2021.
Ambang 1,5 derajat Celsius adalah apa yang menurut para ahli PBB harus dipenuhi untuk menghindari percepatan dramatis peristiwa iklim ekstrem seperti kekeringan, badai dan banjir, dan untuk mencapainya mereka merekomendasikan bahwa emisi nol bersih harus dicapai pada tahun 2050.
Para pemimpin mengakui relevansi utama untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada pertengahan abad ini.
Para pemimpin G20 melempar koin ke Air Mancur Trevi yang menjadi ikon Roma di sela-sela KTT G20 di Roma, Italia, Ahad, 31 Oktober 2021. REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Cina, penghasil emisi karbon terbesar di dunia, telah menetapkan target tanggal 2060, dan negara pencemar besar lainnya seperti India dan Rusia juga belum berkomitmen pada tanggal target 2050.
Pakar PBB mengatakan, bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju pemanasan global sebesar 2,7 derajat, dengan percepatan bencana seperti kekeringan, badai dan banjir.
Rancangan tersebut mencakup janji untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini, tetapi tidak menetapkan tanggal untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara, atau berjanji untuk melakukannya sesegera mungkin.
Mereka juga tidak menetapkan tanggal untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil, dengan hanya mengatakan mereka akan berusaha untuk melakukannya dalam jangka menengah.
Pada metana, yang memiliki dampak yang lebih kuat tetapi kurang tahan lama daripada karbon dioksida pada pemanasan global, mereka mengecilkan komitmennya dari draf sebelumnya.
Baca juga: Airlangga Sebut Australia hingga Prancis Dukung Presidensi G20 Indonesia
REUTERS