TEMPO.CO, Jakarta - Halloween yang dirayakan tiap 31 Oktober oleh masyarakat di berbagai negara identik dengan permen dan labu. Permen dipakai untuk permainan trick or treat sedangkan labu bakal diukir untuk membuat lentera atau Jack O'Lantern yang dipercayai bisa menakuti roh jahat.
Saat halloween anak-anak di Amerika suka bermain trick or treats, bahkan muncul pengandaian bukan halloween jika tidak ada trick or treats. Melansir History.com, permainan ini dimulai pada 1930 dan awal 1940 an.
Dalam bermain trick or treat anak-anak yang berteriak di depan rumah akan diberikan bingkisan yang berisi hadiah atau hanya tipuan. Dulu bingkisan tersebut bukan berisi permen melainkan biskuit, potongan kue, kacang, koin maupun mainan.
Hingga pada 1950-an terdapat produsen permen yang mempromosikan produknya untuk halloween. Masyarakat berpikir permen merupakan hadiah yang menarik dan terjangkau untuk diberikan.
Sejak saat itu permen marak digunakan. Namun ada masa di mana terdapat rumor yang beredar bahwa permen yang dibagikan mengandung bahan-bahan berbahaya. Pada perayaan halloween 1974, misalnya, terdapat seseorang bernama Ronald O’Bryan yang memberikan permen mengandung sianida bahkan ke anaknya sendiri.
Selain permen, yang tak pernah luput dari perayaan Halloween adalah Jack O’Lantern. Hiasan ini dibentuk dari labu yang diukir. Pembuatan Jack O’Lantern tak lepas dari mitos di Irlandia tentang seorang bernama Jack yang bisa menipu iblis. Namun saat ia meninggal arwahnya tidak diterima, baik di neraka maupun di surga. Iblis lalu memberikan Jack bara api dan ia membawanya dengan lobak yang dilubangi.
Pada awal tren ini, ukiran untuk membuat wajah menakutkan tidak terbuat dari labu melainkan dari lobak atau kentang. Namun karena di Amerika jumlah labu melimpah sehingga para pembawanya, orang Irlandia, mengubahnya untuk ukiran di hari halloween.
TATA FERLIANA
Baca juga:
Patricia Gouw dan 2 Selebriti Mengenakan Kostum Halloween Bertema Squid Game