TEMPO.CO, Jakarta - WHO pada Kamis, 21 Oktober 2021, menerbitkan rencana agar kesalahan soal pelecehan seksual, yang dilakukan staf WHO dan relawan di Republik Demokratik Kongo, tidak terulang lagi. Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bersumpah akan memastikan bahwa perselingkuhan seperti itu dan penderitaan yang dirasakan oleh para korban akan menjadi katalisator untuk reformasi budaya di WHO.
Sebuah komisi independen pada akhir bulan lalu menyebut sekitar 83 relawan, yang satu perempat dari jumlah tersebut pegawai WHO, terlibat dalam eksploitasi dan pelecehan seksual selama penanganan pandemi Ebola di Kongo pada 2018 – 2020.
“Tidak akan ada kesempatan untuk eksploitasi seksual, tidak ada impunitas jika itu terjadi dan tidak ada toleransi untuk kelambanan,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.
Petugas kesehatan berdiri setelah melewati ruangan pembersihan usai melihat kondisi pasien yang terkena virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. Sebanyak 18 orang tewas akibat virus ebola yang meluas di Kongo. REUTERS/Goran Tomasevic
Sedangkan juru bicara WHO Tarik Jasarevic pada Jumat, 22 Oktober 2021, mengatakan WHO akan menginvestigasi potensi kemungkinan adanya pengabaian oleh staf senior, di mana oleh komisi independen ini adalah pelanggaran.
WHO sebelumnya sudah memutus kontrak empat pegawai yang teridentifikasi sebagai pelaku dan mengacu pada permintaan otoritas Kongo untuk memprosesnya secara pidana.
Pada akhir pekan lalu, negara-negara pendonor, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, mendesak WHO agar melakukan investigasi internal secara mendalam untuk mengungkap bagaimana skandal ini bisa sampai terjadi. Tekanan ini tampaknya telah mengarah pada pengawasan lebih lanjut.
“Ini belum berakhir,” kata seorang diplomat dari negara Barat kepada Reuters.
WHO dalam keterangan menjelaskan sedang meminta UN OIOS untuk melakukan sebuah evaluasi dan jika perlu, investigasi lebih lanjut untuk semua kasus dugaan eksploitasi dan pelecehan seksual, yang telah diidentifikasi oleh komisi independen, termasuk mereka yang berstatus pegawai WHO.
Baca juga: Pengungsi Afghanistan di Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.