TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Kamis, 21 Oktober 2021, menemui staf Kedutaan Besar Amerika di Bogota, yang terdampak insiden anomali kesehatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Havana syndrome.
Sebelumnya pada bulan ini, surat kabar Wall Street Journal mewartakan setidaknya lima anggota keluarga yang bertugas dalam misi Amerika Serikat untuk Kolombia, sudah terdampak oleh insiden kesehatan yang belum bisa dijelaskan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memberikan kesaksian di hadapan Komite Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS di Capitol Hill, Washington DC, pada 10 Maret 2021. (Xinhua/Pool/Ken Cedeno)
Sekitar 200 diplomat Amerika Serikat, baik itu staf maupun anggota keluarganya diduga telah terkena penyakit misterius, dengan gejala migrain, mual, penyimpangan memori dan pusing. Kasus ini menjadi perhatian publik pertama kali pada 2016 atau setelah puluhan diplomat di kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Havana, Kuba, mengeluh sakit. Namun secara resmi belum bisa disimpulkan penyebab sindrom tersebut.
Pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan Blinken menyinggung insiden kesehatan ini saat rapat dengan staf Kedutaan Amerika Serikat di Bogota dan anggota keluarganya pada Kamis, 21 Oktober 2021. Pertemuan ini dilakukan disela kunjungan Blinken selama tiga hari ke Amerika Selatan.
Dalam kesempatan itu, Blinken juga melakukan pertemuan tertutup secara terpisah dengan mereka yang terkena dampak insiden kesehatan ini.
“Dia (Blinken) telah memperjelas bahwa kesehatan dan keamanan adalah prioritas bagi para staf. Dia juga menekankan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat bertekad mencari tahu sumber penyebab AHIs, memberikan perawatan pada mereka yang terdampak dan melindungi mitra-mitra kami di seluruh dunia,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.
Pemerintahan Joe Biden berada dalam tekanan untuk memperlihatkan bahwa mereka menanggapi keluhan ini dengan serius. Sebelumnya pada akhir pekan lalu, sekelompok Senat dari bipartisan mendesak Blinken agar cepat menunjuk utusan khusus untuk menginvestigasi kasus ini.
Baca juga: PBB dan Amerika Serikat Mengutuk Pembunuhan Pemimpin Etnis Rohingya
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.