TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat Amerika Serikat pada Rabu mengatakan gejolak ekonomi Myanmar disebabkan oleh ketidakstabilan politik dan salah urus menyusul kudeta militer Februari, setelah seorang menteri junta Myanmar menyalahkan krisis itu sebagian pada pendukung asing lawan-lawannya.
Menteri investasi yang ditunjuk junta militer mengaitkan masalah ekonomi Myanmar dengan sabotase oleh penentang junta dan pendukung luar negeri mereka dalam wawancara dengan Reuters sehari sebelumnya.
"Semua yang telah kami lihat, dan kami diberitahu dari orang-orang kami di lapangan, adalah bahwa hanya ada semacam salah urus kotor dari ekonomi," kata pejabat senior Departemen Luar Negeri AS ketika ditanya tentang komentar itu selama briefing daring pada Rabu, dikutip dari Reuters, 21 Oktober 2021.
"Kita harus menghubungkan situasi ekonomi yang mengerikan dengan kurangnya stabilitas politik dan semua ketidakpastian," katanya.
Pejabat itu menambahkan Amerika Serikat telah menjadi sasaran dalam sanksinya terhadap militer Myanmar dan fokus untuk tidak mengambil langkah-langkah yang akan merugikan ekonomi atau rakyatnya.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memutuskan untuk mengundang perwakilan non-politik dari Myanmar ke pertemuan puncak KTT ASEAN 26-28 Oktober.
Seorang juru bicara pemerintah junta militer Myanmar menyalahkan "intervensi asing" atas keputusan tersebut.
"Jelas, rezim ingin menjadi bagian dari pertemuan tingkat senior ini. Mereka jelas peduli dengan aset mereka, dan memiliki akses ke sumber daya," kata pejabat AS.
Pejabat AS mengatakan keputusan itu tepat dan berdasarkan konsensus ASEAN sendiri, tetapi menambahkan AS akan bekerja dengan mitranya untuk mencoba dan mempengaruhi junta militer untuk mengurangi kekerasan dan memulihkan demokrasi Myanmar.
Baca juga: Junta Myanmar Bebaskan Tahanan Politik, Ingin Kompromi dengan ASEAN?
REUTERS