TEMPO.CO, Jakarta - Uji coba rudal balistik yang dilakukan Korea Utara pada Selasa lalu, 19 Oktober 2021, memicu reaksi Amerika Serikat dan Dewan Keamanan PBB.
"Ini adalah yang terbaru dari serangkaian provokasi sembrono," kata duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, seperti dikutip Reuters, Kamis, 21 Oktober 2021.
"Ini adalah kegiatan yang melanggar hukum. Mereka melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan. Dan itu tidak dapat diterima."
DK PBB langsung menggelar pertemuan sehari setelah peluncuran rudal dari kapal selam itu. Dalam pertemuan itu, Amerika Serikat menawarkan bertemu Korea Utara tanpa prasyarat dan menjelaskan bahwa Washington tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Pyongyang.
Korea Utara - secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) - telah lama menuduh Amerika Serikat memiliki kebijakan bermusuhan dan menegaskan bahwa mereka memiliki hak mengembangkan senjata untuk pertahanan diri.
"DPRK harus mematuhi resolusi Dewan Keamanan dan sudah waktunya untuk terlibat dalam dialog yang berkelanjutan dan substantif menuju tujuan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan.
Korea Utara telah dikenai sanksi PBB sejak 2006, yang terus diperkuat dalam upaya memotong dana program nuklir dan rudal balistik Pyongyang. Langkah-langkah tersebut termasuk larangan peluncuran rudal balistik.
"Kami telah menawarkan untuk bertemu dengan pejabat DPRK, tanpa prasyarat apa pun, dan kami telah menjelaskan bahwa kami tidak memiliki niat bermusuhan terhadap DPRK," kata Thomas-Greenfield.
Misi Korea Utara untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Thomas-Greenfield.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump bertemu tiga kali pada 2018 dan 2019, tetapi gagal membuat kemajuan atas seruan AS agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya dan tuntutan Korea Utara untuk mengakhiri sanksi.
Thomas-Greenfield mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden "siap untuk terlibat dalam diplomasi yang serius dan berkelanjutan."
Kombinasi gambar menunjukkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam selama uji coba dalam foto tak bertanggal yang dirilis pada 19 Oktober 2021 oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara. [KCNA melalui REUTERS]
Korea Utara: Amerika Serikat Berlebihan
Korea Utara mengatakan Amerika Serikat bereaksi berlebihan terhadap uji coba rudal baru-baru ini dan mempertanyakan ketulusan tawaran pembicaraan Washington karena ada konsekuensinya.
Uji coba rudal balistik baru dari kapal selam minggu ini adalah bagian dari rencana jangka menengah dan panjang Korea Utara untuk meningkatkan pertahanan diri dan tidak ditujukan ke Amerika Serikat atau negara lain, kata juru bicara kementerian luar negeri Pyongyang yang tidak disebutkan namanya, menurut kantor berita resmi Korea Utara KCNA.
Menurut dia, Washington telah mengambil "langkah yang terlalu provokatif" dengan menyebut tes itu sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas regional.
Korea Utara, yang menilai AS menerapkan "standar ganda" atas pengembangan rudal, meragukan tawaran berunding itu.
"Ini adalah standar ganda yang jelas bahwa Amerika Serikat mencela kami karena mengembangkan dan menguji sistem senjata yang sama yang sudah atau sedang mereka kembangkan, dan itu hanya menambah kecurigaan pada ketulusan mereka setelah mengatakan bahwa mereka tidak memiliki permusuhan terhadap kami," kata juru bicara itu.