TEMPO.CO, Jakarta - Pakistan International Airlines (PIA) menangguhkan penerbangan ke ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Kamis setelah menuduh ada campur tangan oleh otoritas Taliban, termasuk perubahan aturan sewenang-wenang dan intimidasi staf.
Penangguhan itu terjadi ketika pemerintah Taliban memerintahkan maskapai itu, satu-satunya perusahaan internasional yang beroperasi secara teratur di luar Kabul, untuk memotong harga tiket sangat rendah.
"Kami menangguhkan operasi penerbangan kami ke Kabul mulai hari ini karena ketegasan pihak berwenang," kata seorang juru bicara Pakistan International Airlines, dikutip dari Reuters, 14 Oktober 2021.
Sebelumnya, Taliban memperingatkan PIA dan maskapai Afghanistan Kam Air bahwa operasi Afghanistan mereka berisiko diblokir kecuali mereka setuju untuk memotong harga tiket, yang kini semakin sulit dibeli oleh sebagian besar warga Afghanistan.
Dengan sebagian besar maskapai internasional tidak lagi terbang ke Afghanistan, tiket untuk penerbangan ke ibu kota Pakistan, Islamabad, telah dijual seharga US$2.500 (Rp35 juta) untuk penerbangan PIA, menurut agen perjalanan di Kabul, dibandingkan dengan US$120-US$150 (Rp1,6-2,1 juta) sebelumnya.
Anggota Taliban berjaga di bandara Kabul yang kembali beroperasi di Afghanistan, 9 September 2021. Pesawat Qatar Airways menjadi maskapai pertama yang melakukan penerbangan saat bandara Kabul kembali beroperasi. WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Kementerian Transportasi Afghanistan mengatakan harga pada rute harus disesuaikan dengan kondisi tiket sebelum kemenangan Imarah Islam atau penerbangan akan dihentikan.
Kementerian juga meminta penumpang dan orang lain untuk melaporkan setiap pelanggaran.
Penerbangan antara Afghanistan dan Pakistan telah sangat dibatasi sejak bandara Kabul dibuka kembali bulan lalu setelah evakuasi kacau lebih dari 100.000 orang Barat dan warga Afghanistan yang rentan menyusul kemenangan Taliban.
PIA mengatakan sejak pemerintah baru Taliban dibentuk, stafnya di Kabul menghadapi perubahan menit terakhir dalam peraturan dan izin terbang dan "perilaku yang sangat mengintimidasi" dari para komandan Taliban.
PIA mengatakan perwakilan negaranya sempat ditahan di bawah todongan senjata selama berjam-jam dan baru dibebaskan setelah kedutaan besar Pakistan di Kabul turun tangan.
Dengan meningkatnya krisis ekonomi menambah kekhawatiran tentang masa depan Afghanistan di bawah Taliban, ada permintaan besar untuk penerbangan keluar dan kantor paspor utama di Kabul telah dibanjiri oleh orang-orang yang mencoba mendapatkan dokumen perjalanan sejak dibuka kembali bulan ini.
Permintaan untuk penerbangan semakin didorong oleh kesulitan yang berulang di penyeberangan perbatasan darat Afghanistan ke Pakistan setelah Taliban berkuasa.
Baca juga: G20 Sepakat Bantu Rakyat Afghanistan, Tapi Tak Mau Akui Taliban
REUTERS