TEMPO.CO, Jakarta - Empat puluh tujuh tahun yang lalu, tepatnya 9 Oktober 1974, pengusaha dan anggota Partai Nazi, Oskar Schindler, meninggal dunia. Kematiannya membawa duka bagi ribuan Yahudi yang berhasil ia selamatkan dari pembantaian oleh tentara Jerman.
Mengutip dari laman resmi Yad Vashem, Pusat Peringatan Holocaust Dunia, Schindler lahir di Zwittau/Moravia wilayah Austria-Hungaria, kini Republik Ceko pada 28 April 1908. Ia anak tertua yang lahir di keluarga pengusaha mesin pertanian.
Schindler dikenal sebagai pengusaha yang suka berpesta dengan gaya hidup mewah. Ia menyebut dirinya sebagai pecandu alkohol. Baginya wanita adalah salah satu makhluk Tuhan yang harus dinikmati. Ia lihai melobi dan suka menyogok petinggi militer Jerman demi mendapatkan kontrak bisnis.
Mengutip dari artikel Majalah Tempo edisi 2 April 1994, bagi sekitar 1.300 orang Yahudi, Oskar Schindler adalah Hasidei Ummot Ha-Olam, yang disebut di dalam Kitab Talmud sebagai orang-orang bijak yang di seluruh dunia jumlahnya hanya ada 36 orang pada setiap kurun waktu. Ia menyelamatkan ribuan orang Yahudi ini dari pembantaian dengan mempekerjakan mereka di pabrik panci dan perkakas dapurnya, Deutsche Emailwaren Fabrik (DEF).
Schindler pernah bekerja sebagai intelijen untuk Nazi Jerman pada 1936. Usai Jerman menginvasi Polandia pada 1939, Schindler pindah ke Kraków dan aktif bertransaksi di pasar gelap.
Memanfaatkan situasi dan jaringannya di militer Jerman, Schindler berhasil membeli pabrik enamel milik seorang Yahudi di Krakow dengan harga murah. Dalam kurun tiga bulan, Schindler memiliki ratusan karyawan yang tujuh di antaranya adalah orang Yahudi. Pada 1942 hampir setengah dari pekerja di DEF adalah orang-orang Yahudi.
Bagi orang Yahudi, pabrik Schindler merupakan tempat berlindung. Kontrak yang terjalin antara militer Jerman dan Schindler membuat para pekerja Yahudi ini menjadi sosok penting. Schindler bakal protes jika pekerjanya diusik oleh tentara Jerman. “Kontrak-kontrak perang itu sangat vital bagi Jerman. Pabrik dan pekerja saya tidak boleh terganggu,” demikian alasan Oskar Schindler ketika menghadapi teror dari Nazi.
Menjelang akhir perang dunia II, saat Jerman sedang pada puncaknya membantai bangsa Yahudi, Oskar Schindler rela mengeluarkan uang banyak untuk menyuap petinggi militer dan “membeli” orang-orang Yahudi untuk bekerja di pabrik demi menyelamatkan mereka hingga membuatnya bangkrut. Ia meninggal di flatnya yang kecil di dekat stasiun Frankfurt pada 1974 dan dimakamkan di pemakaman Katolik di Gunung Sion di Yerusalem sesuai wasiatnya.
Baca Juga:
Israel Izinkan Umat Yahudi Berdoa di Masjid Al-Aqsa, MUI: Provokasi Berbahaya