TEMPO.CO, Jakarta - WHO pada Rabu, 13 Oktober 2021, membentuk tim baru untuk meneliti bahaya sejumlah patogen yang diharapkan bisa menentukan asal-usul virus SARS-CoV-2. Tim penasehat WHO tersebut, juga mendesak Cina agar memberikan data awal mula kasus ini muncul.
Kasus pertama infeksi virus corona pada manusia terjadi di Ibu Kota Wuhan pada Desember 2019. Cina sudah berulangkali menyangkal teori kalau hal ini diakibatkan kebocoran virus dari salah satu labolatoriumnya. Beijing pun menegaskan tidak perlu ada lagi kunjungan ke Cina (untuk tim penyidik dari WHO).
Anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal-usul virus corona atau COVID-19 setelah kembali dari kunjungan lapangan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 30 Januari 2021. WHO berencana untuk mengunjungi laboratorium, pasar, dan rumah sakit selama dua minggu tersisa di Wuhan, tempat virus corona pertama kali diidentifikasi pada akhir 2019. REUTERS/Thomas Peter
WHO pada Rabu, 14 Oktober 2021, menunjuk 26 anggota untuk duduk di Scientific Advisory Group on the Origins of Novel Pathogens (SAGO). Diantara ke-26 orang itu adalah ahli kesehatan hewan dari Cina, yang juga pernah ambil bagian dari investigasi gabungan di Wuhan, Cina.
Maria van Kerkhove, Kepala bidang teknis WHO mengutarakan harapan ada misi internasional yang dipimpin WHO ke Cina untuk bekerja sama dengan Negeri Tirai Bambu itu.
“Ada puluhan rekomendasi studi, yang masih harus dilakukan untuk menentukan bagaimana virus ini bisa menular dari spesies hewan ke manusia,” kata van Kerkhove.
Menurut van Kerkhove, laporan Cina soal pengujian anti-bodi pada masyarakat Wuhan 2019 lalu sangat penting untuk memahami asal-usul virus corona.
Editorial ilmu pengetahuan WHO mengungkap sejumlah investigasi awal dan dugaan kasus-kasus yang muncul di Cina sebelum Desember 2019, masih dibutuhkan. Termasuk analisis sampel darah yang masih disimpan dari 2019 di Wuhan serta pencarian retrospektif rumah sakit dan moralitas data kasus-kasus awal.
Baca juga: Definsi Baru WHO Soal Long Covid sebagai Kondisi Pasca Covid-19
Sumber: Reuters