TEMPO.CO, Jakarta - Penghargaan Nobel Perdamaian bidang perdamaian tahun ini diberikan kepada Maria Ressa dan Dmitry Muratov. Keduanya jurnalis asal Filipina dan Rusia yang berani melawan represi terhadap kebebasan pers.
Dilansir dari axa.com, Maria Ressa adalah seorang jurnalis asal Filipina yang telah berkarir selama 30 tahun. Selama 30 tahun berkecimpung dalam dunia jurnalistik, ia sempat memimpin beberapa media di Asia Tenggara.
Pada tahun 1987 hingga 1955, Maria menjadi Kepala Biro Cable News Network (CNN) di Manila. Setelah itu, pada tahun 1955 hingga 2005, Maria pindah ke Jakarta untuk memimpin Biro CNN Jakarta.
Merasa memiliki cukup pengalaman dari media-media Asia Tenggara, pada tahun 2012, Maria mendirikan medianya sendiri di Filipina yang diberi nama Rappler. Bersama teman-temannya, Maria membuat Rappler menjadi media yang mampu melawan represi terhadap kebebasan pers. Hal inilah yang membuat Maria dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian 2021.
Selain Maria Ressa, penghargaan Nobel Perdamaian juga diberikan kepada Dmitry Muratov, yang juga seorang jurnalis, asal Rusia. Dikutip dari time.com, Muratov selama ini dikenal sebagai jurnalis yang kerap melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Vladimir Putin di Rusia.
Pada tahun 1993, Muratov mendirikan surat kabar yang dinamai Novaya Gazeta. Melalui surat kabar ini, Muratov sering memberitakan berbagai kasus korupsi yang sering terjadi di negaranya, Rusia.
Saat ini, Muratov juga aktif menjadi editor di surat kabar Novaya Gazeta. Dilansir dari politico.eu, selama menjadi editor di surat kabar tersebut, Muratov sering menjadi korban represi pemerintah Rusia.
Meskipun kebebasan pers masih sangat memprihatinkan di Rusia, Muratov tetap berkomitmen memperjuangkannya. Hal inilah yang membuat Muratov dianggap layak untuk mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian 2021.
NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca juga: Jurnalis Pemenang Nobel Perdamaian 2021 Gigih Mengkritik Duterte dan Putin