TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan Cina menjadi mitra dagang paling utama negara jiran tersebut sejak 2009.
Nilai perdagangan kedua negara mencapai RM329,77 miliar (Rp1.123,6 triliun) pada 2020, kata Wakil Menteri Luar Negeri Malaysia Kamarudin bin Jaffar kepada parlemen di Kuala Lumpur, Senin, 11 Oktober 2021.
Dia mengatakan hubungan bilateral Malaysia dengan Cina didasarkan pada persahabatan, saling percaya dan kepentingan bersama.
"Hasil dari hubungan yang substantif dan penuh keyakinan tersebut, pada tahun 2013 hubungan negara antara Malaysia dan Cina telah ditingkatkan dari Kerjasama Strategis ke taraf Kerjasama Strategis Komprehensif," katanya.
Kerjasama strategis itu, kata dia, tidak dibatasi pada dua pihak saja tapi juga meliputi kerjasama regional dan internasional.
"Umumnya, keuntungan dari hubungan kerja sama Malaysia dan Cina dalam berbagai bidang, terutama perdagangan, adalah amat baik dan mendatangkan manfaat yang besar," katanya.
Perdagangan antara Malaysia dan Cina tahun lalu menyumbang 18,6 persen dari total nilai perdagangan global Malaysia.
"Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 8,1 persen dari tahun 2019, walaupun dunia, termasuk kedua negara, dilanda wabah Covid-19," katanya.
Pada Januari-Agustus 2021, nilai perdagangan kedua pihak telah meningkat 35,2 persen dan mencapai 108,28 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.
"Kesimpulannya, hubungan dua negara antara Malaysia dan Cina tidak pernah terganggu sekali pun terdapat isu-isu di antara kedua pihak," katanya.
Menanggapi isu Laut Cina Selatan, Kamarudin mengatakan kedaulatan dan kepentingan negara menjadi dasar utama bagi pemerintah Malaysia dalam mengambil tindakan. "Pemerintah Malaysia tidak akan sesekali berkompromi dalam perkara yang berdampak kepada keutuhan wilayah, kedaulatan dan kepentingan negara," katanya.
Malaysia dan Cina saling klaim atas wilayah di Laut Cina Selatan. Malaysia menyatakan perairan di Luconia Shoals di jalur laut utara Kalimantan sebagai zona eksklusif ekonomi maritimnya. Namun , Cina menganggap jalur laut itu berada dalam garis batas wilayahnya. Cina mengklaim hampir 90 persen wilayah di Laut Cina Selatan.
Baca juga Amerika Tegaskan Dukungan ke Asia Tenggara Soal Konflik Laut Cina Selatan