TEMPO.CO, Jakarta - Pasokan listrik di Lebanon kembali normal pada Minggu, 10 Oktober 2021, setelah terjadi pemadaman total sehari sebelumnya. Kementerian Energi Lebanon menjelaskan listrik padam karena dua pembangkit listrik terbesar di negara itu yaitu pembangkit listrik Zahrani dan Deri Ammar ditutup gara-gara kekurangan bahan bakar.
Pemadaman itu menambah kesulitan masyarakat Lebanon, yang tengah berjuang dengan banyaknya warga yang harus kehilangan pekerjaan, melonjaknya harga barang-barang kebutuhan dan kelaparan setelah krisis keuangan yang memburuk di negara itu.
Lebanon telah dilumpuhkan oleh krisis ekonomi yang semakin dalam, pasokan bahan bakar impor bahkan sudah mengering. Nilai mata uang Lebanon anjlok sampai 90 persen sejak 2019.
Sebagian besar warga Lebanon mengandalkan mesin genset pribadi yang menggunakan diesel, meskipun pasokannya terbatas.
Kementerian Energi Lebanon mengatakan telah menerima persetujuan bank sentral untuk mendapatkan pinjaman sebesar USD100 juta sehingga Lebanon bisa membuka tender impor bahan bakar untuk pembangkit listrik. Lewat dana pinjaman itu, Lebanon pun sudah kembali memasok jumlah listrik yang sama seperti sebelum pemadaman total.
“Tentara Lebanon pada Sabtu malam kemarin, membantu menyediakan 6 ribu kilo-liter BBG yang didistribusikan secara merata di antara dua pembangkit listrik,” demikian keterangan perusahaan listrik negara dalam sebuah pernyataan.
Kantor berita NNA mewartakan sebelumnya melakukan protes atas memburuknya kondisi kehidupan mereka setelah kejadian listrik padam. Pasalnya, kekurangan listrik juga telah membuat warga Lebanon kekurangan air.
Menteri Energi dan Air Walid Fayyad meyakinkan pihaknya dan otoritas terkait sedang berusaha keras untuk mengamankan tambahan pasokan listrik untuk Libanon.
Baca juga: Listrik Padam di Suriah Dampak Pipa Gas Diserang ISIS
Afifa Rizkia Amani | Reuters