TEMPO.CO, Jakarta - Abolhassan Bani-Sadr bekas Presiden Iran meninggal dunia di Paris, Prancis dalam usia 88 tahun. Ia adalah presiden pertama setelah revolusi Islam 1979.
Setelah turun dari jabatannya, ia melarikan diri ke Prancis. Menurut istri dan anak-anaknya, dia meninggal di rumah sakit Pitie-Salpetriere di Paris setelah sakit dalam waktu yang lama.
Bani-Sadr menjadi presiden pertama Iran pada Februari 1980 dengan bantuan ulama Islam. Namun hubungannya dengan ulama memburuk hingga ia terlempar dari pusat kekuasaan. Usai turun dari jabatannya sebagai presiden, Bani-Sadr melarikan diri ke Prancis, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya.
Saat mengumumkan kematiannya, keluarganya mengatakan bahwa Bani-Sadr telah membela kebebasan dalam menghadapi tirani baru dan penindasan atas nama agama. Menurut asisten Bani-Sadr, Jamaledin Paknejad, pihak keluarga ingin dia dimakamkan di Versailles, pinggiran kota Paris tempat dia tinggal dalam pengasingan.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada tahun 2019, Bani-Sadr mengatakan bahwa Ayatollah Ruhollah Khomeini telah mengkhianati prinsip-prinsip revolusi setelah berkuasa pada tahun 1979.
Menurut Bani-Sadr saat itu, 40 tahun sebelumnya di Paris dia yakin bahwa para ulama Iran Islam akan membuka jalan bagi demokrasi dan hak asasi manusia setelah revolusi terhadap pemerintahan Syah Iran.
Bani-Sadr menjabat sebagai Presiden Iran pada Februari 1980 setelah memenangkan pemilihan bulan sebelumnya dengan lebih dari 75 persen suara. Namun di bawah konstitusi Republik Islam yang baru, Khomeini memegang kekuasaan yang sebenarnya. Situasi ini terus berlanjut sejak kematian Khomeini pada tahun 1989 di bawah Ayatollah Ali Khamenei.
REUTERS