TEMPO.CO, Jakarta - Pencapaian Indonesia baru-baru ini dalam mengembangkan ketenagakerjaan yang lebih inklusif untuk kelompok rentan, termasuk anak muda, penyandang disabilitas, dan kaum perempuan diapresiasi Amerika Serikat. Hal itu disampaikan Wakil Duta Besar Amerika Serikat Michael F. Kleine dan USAID dalam konferensi nasional ketenagakerjaan, Rabu, 6 Oktober 2021.
Kleine dalam keterangan tertulis menjelaskan Amerika Serikat berkomitmen membantu Indonesia memperkuat SDM dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Selama lima tahun terakhir, USAID bermitra dengan Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia untuk membekali anak muda dari kelompok rentan dan berpenghasilan rendah dengan keterampilan sehingga mereka bisa berkontribusi pada perekonomian Indonesia dan siap bersaing di pasar kerja.
Mendapatkan pekerjaan adalah hal penting bagi seseorang. Bekerja juga bisa membantu individu menjadi kontributor aktif terhadap perekonomian. Namun proses ini tidak mudah bagi orang dengan disabilitas, anak muda, dan perempuan karena adanya diskriminasi.
Untuk mengatasi hambatan memasuki pasar tenaga kerja, USAID bermitra dengan Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia untuk meningkatkan keterampilan para pencari kerja dan memperluas kesempatan magang melalui Balai Latihan Kerja.
Dalam konferensi nasional ketenagakerjaan bertajuk “Sebuah Inisiatif Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Inklusif”, USAID mengungkap melalui insentif yang dikucurkan, USAID telah menciptakan platform bursa kerja yang dapat menghubungkan pemberi kerja dan pencari kerja. Hingga saat ini, ada 425 instruktur dari 234 Balai Latihan Kerja di Pulau Jawa juga telah mendapat manfaat dari program pelatihan yang didanai oleh USAID.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan inklusivitas adalah mandat konstitusi. Indonesia menggandeng berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem ketenagakerjaan dan kewirausahaan yang inklusif.
Salah satu hal yang harus ditingkatkan adalah, memberikan akses seluas-luasnya bagi kelompok rentan seperti pemuda miskin, perempuan dan orang dengan disabilitas untuk mendapatkan pelatihan skill, meningkatkan skill, atau skill baru. Dengan begitu, mereka memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan yang baik, atau berwira usaha.
Baca juga: Jacob Bolotin, Tunanetra Pertama yang Berprofesi sebagai Dokter