TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pilot wanita Afghanistan, yang sedang hamil tua, menghadapi ketidakpastian dalam pelariannya di Tajikistan.
Wanita berusia 29 tahun, yang meninggalkan Afghanistan begitu Taliban mengambil alih Kabul pada Agustus lalu, tak bisa memeriksakan kandungannya ke rumah sakit.
Ia bersama sekitar 140 personel militer Afghanistan ditempatkan di sebuah sanatorium di pedesaan oleh pemerintah Tajikistan. Semua dokumen dan ponsel disita. Ia bisa bercerita tentang kondisinya kepada Reuters dengan telepon seluler yang bisa disembunyikan.
"Saya benar-benar khawatir tentang bayi saya," kata pilot Angkatan Udara, yang situasinya pertama kali dilaporkan oleh Reuters pada September.
Ia diperkirakan akan melahirkan pada pertengahan November, namun pihak berwenang Tajik menolak permintaannya untuk dipindahkan lebih dekat ke rumah sakit yang berjarak satu jam atau lebih, katanya.
Baca Juga:
"Mereka berkata, 'Tidak. Ketika waktu melahirkan Anda tiba, kami akan membawa Anda ke rumah sakit dan membawa Anda kembali ke sini'," kata wanita yang beruntung karena bisa mengungsi bersama suaminya.
Ia yang bersama kelompoknya ditahan di Tajikistan selama hampir dua bulan, berharap Amerika Serikat membantu mereka keluar untuk diproses dengan status pengungsi di Amerika. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hal itu belum terjadi.
Mereka mengatakan pihak berwenang Tajik terus menyuruh mereka menunggu.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pada sidang kongres pekan lalu bahwa dia prihatin dengan pilot di Tajikistan dan akan bekerja dengan Departemen Luar Negeri untuk "melihat apakah kita dapat mengatasi ini."
Anggota Kongres dari Partai Republik Austin Scott, yang mengangkat kasus pilot hamil selama persidangan, menyatakan frustrasi dengan penanganan Departemen Luar Negeri atas kasus ini.
Dia mengatakan, pejabat Kementerian Luar Negeri AS bahwa pemerintah Tajik "sangat menyadari kondisi pilot yang hamil" dan bahwa siapa pun yang membutuhkan layanan medis darurat akan dibawa ke fasilitas medis setempat.
"Selain itu, mereka sama sekali tidak membantu dengan semua ini," kata Scott kepada Reuters.
Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa pihaknya "berkoordinasi dengan pemerintah Tajikistan" mengenai masalah tersebut tetapi menolak untuk menjelaskan penundaan atau mengapa pilot ditahan.
Kedutaan Besar AS di Dushanbe mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mengunjungi kelompok itu dan, pada saat itu, "pilot melaporkan diperlakukan dengan baik dan kondisinya manusiawi."
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan Departemen Pertahanan dan Luar Negeri AS bekerja sama secara erat "saat kami mengejar opsi yang tepat untuk pilot ini."
"Kami percaya kami berutang kepada individu-individu pemberani dan keluarga mereka untuk melakukan apa yang kami bisa untuk membantu mereka pindah," kata Kirby kepada Reuters.
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan sulit untuk mendapatkan akses ke penampungan pilot itu.
Kementerian Kesehatan Tajikistan menolak untuk menjawab pertanyaan spesifik dari Reuters tentang situasi atau penundaan tersebut, tetapi mengatakan sanatorium itu dikelola oleh pekerja medis.
Pilot Afghanistan yang dilatih AS dan berbahasa Inggris termasuk di antara target terbesar Taliban selama perang. Mereka membawa kabur pesawat Angkatan Udara Afghanistan ke Tajikistan dan Uzbekistan.
AS berhasil membawa rombongan di Uzbekistan untuk ke Amerika.