TEMPO.CO, Jakarta - Ibu kota Afghanistan, Kabul, terancam gelap gulita saat musim dingin tiba. Sebabnya Taliban yang kini menguasai Afghanistan, belum membayar tunggakan listrik di Asia Tengah.
Hingga kini Taliban belum mengumpulkan uang setoran pembayaran listrik dari warga Afghanistan. Daud Noorzai, bekas kepala eksekutif perusahaan listrik Afghanistan, Da Afghanistan Breshna Sherkat memperingatkan, pemadaman listrik bisa berubah menjadi bencana kemanusiaan saat musim dingin tiba. Noorzai mundur dari jabatannya dua pekan setelah Taliban berkuasa.
"Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, terutama di Kabul. Akan ada pemadaman dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke abad kegelapan dalam hal listrik dan telekomunikasi," kata Noorzai. Ia hingga kini tetap menjalin hubungan dengan manajemen Da Afghanistan Breshna Sherkat yang masih bekerja. "Situasinya akan menjadi sangat berbahaya."
Afghanistan mengimpor listrik dari sejumlah negara tetangga seperti Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan yang menyumbang setengah dari suplai listrik nasional. Iran menyediakan pasokan tambahan ke wilayah barat negara itu.
Produksi dalam negeri, sebagian besar adalah pembangkit listrik tenaga air, terancam seret akibat bencana kekeringan tahun ini. Afghanistan tidak memiliki jaringan listrik nasional. Hampir separuh kebutuhan listrik di Kabul berasal dari impor dari negara-negara Asia Tengah.
Biasanya terjadi pemadaman bergilir di Afghanistan. Namun sejak Taliban berkuasa, pemadaman jarang terjadi.
Taliban tak lagi menyerang jalur transmisi di Asia Tengah. Selain itu kebutuhan listrik industri masih berhenti. Fasilitas militer dan pemerintah sebagian besar juga menganggur.
Namun jika Taliban belum membayar tagihan listrik, pasokan setrum diperkirakan bakal terhenti terutama dari Tajikistan. Memburuknya hubungan antara Tajikistan dengan Taliban dikhawatirkan akan mempengaruhi suplai listrik.
Baca: Utusan Khusus PM Inggris Temui Taliban, Bahas Apa Saja?
FOXNEWS | INSIDER