TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan Cina menerbangkan ratusan pesawat tempur dekat wilayah udara Taiwan pekan lalu, mendorong Presiden Tsai Ing-wen bereaksi keras. Ia menyatakan, negerinya akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri.
Dalam tulisan yang diterbitkan di Foreign Affairs, Selasa, 5 Oktober 2021, Presiden Taiwan itu juga mengatakan, pencaplokan Taiwan oleh Cina akan memicu bencana bagi perdamaian di Asia.
Taiwan, yang diklaim oleh Cina sebagai wilayah kedaulatannya, menghadapi peningkatan tekanan besar-besaran dari Beijing sejak Jumat, dengan 148 pesawat angkatan udara Cina terbang ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari.
Cina menyalahkan Amerika Serikat, pendukung internasional terpenting dan pemasok senjata Taiwan, atas meningkatnya ketegangan, sementara Taiwan menyebut Cina sebagai "pelaku utama" dalam situasi saat ini.
Tsai mengatakan, ketika banyak negara semakin menyadari ancaman yang ditimbulkan Partai Komunis Cina, mereka harus memahami arti negara pulau itu.
"Dan mereka harus ingat bahwa jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi bencana besar bagi perdamaian regional dan sistem aliansi demokrasi. Ini akan menandakan bahwa dalam kontes nilai global saat ini, otoritarianisme lebih unggul daripada demokrasi," tulis Tsai.
Foto dari Kementerian Pertahanan Taiwan memperlihatkan pesawat KJ-500H AEW&C Angkatan Laut Cina di wilayah udara Taiwan. Kredit: Kementerian Pertahanan Taiwan
Cina menganggap Tsai sebagai separatis karena menolak menerima bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu Cina", dan menghentikan dialog.
Tsai mengatakan Taiwan adalah negara merdeka yang disebut Republik Cina, nama resminya.
Taiwan tidak mencari konfrontasi militer, dan menginginkan hidup berdampingan secara damai, stabil, dapat diprediksi, dan saling menguntungkan dengan tetangganya, tulisnya.
"Tetapi jika demokrasi dan cara hidupnya terancam, Taiwan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri," kata Tsai, dan menambahkan bahwa rakyat Taiwan akan "bangkit" jika keberadaan Taiwan terancam setelah menjelaskan bahwa demokrasi tidak dapat dinegosiasikan.
Dia mengulangi seruan untuk melakukan pembicaraan dengan Cina, selama itu terjadi dalam semangat kesetaraan dan tanpa prasyarat politik, sesuatu yang telah berulang kali ditolak oleh Beijing.
"Di tengah gangguan hampir setiap hari oleh Tentara Pembebasan Rakyat, posisi kami dalam hubungan lintas selat tetap konstan: Taiwan tidak akan tunduk pada tekanan, tetapi juga tidak akan berubah menjadi petualang, bahkan ketika kami mendapat dukungan dari komunitas internasional."
Taiwan sangat demokratis dan Barat, tetapi dipengaruhi oleh peradaban Tiongkok dan dibentuk oleh tradisi Asia, tulis Tsai.