TEMPO.CO, Jakarta - Raja Abdullah dari Yordania untuk pertama kalinya menerima telepon dari Presiden Suriah Bashar al Assad sejak perang Suriah berkecamuk satu dekade lalu, kata istana kerajaan Yordania pada Ahad.
Percakapan itu adalah langkah terbaru dalam mencairkan hubungan antara para pemimpin yang telah lama berada di pihak yang berlawanan dalam perang saudara Suriah, dengan Yordania mendukung pemberontak utama Suriah yang didukung Barat yang berusaha mengusir Assad dari kekuasaan.
"Mereka membahas hubungan antara kedua negara bersaudara dan cara-cara meningkatkan kerja sama," kata pernyataan istana Yordania, dikutip dari Reuters, 4 Oktober 2021.
Raja Abdullah mengatakan kepada Assad negaranya mendukung integritas teritorial tetangga utaranya dan upaya untuk menjaga stabilitas dan kedaulatannya, kata pernyataan istana.
Raja Abdullah telah menyerukan Assad untuk mundur setelah tindakan keras berdarah pemimpin Suriah terhadap protes damai pro-demokrasi terhadap pemerintahan otoriternya pada awal konflik pada tahun 2011, dan Yordania menjadi saluran pasokan senjata Barat dan Arab untuk pasukan yang mencoba menggulingkan Assad.
Yordania, bagaimanapun, dalam beberapa bulan terakhir telah mempercepat langkah-langkah untuk normalisasi hubungan dengan Suriah, dan hampir dua minggu lalu menerima menteri pertahanan Suriah dalam kunjungan langka untuk mengoordinasikan keamanan perbatasan.
Raja Abdullah mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Juli, bahwa Assad ada di sana untuk tinggal dan status quo yang membuat Suriah dikucilkan oleh masyarakat internasional tidak dapat dipertahankan.
Presiden Suriah Bashar al Assad, berdiri di samping istrinya Asma saat dia memberikan suaranya, selama pemilihan presiden negara itu di Douma, Suriah, pada 26 Mei 2021. [SANA / Handout via REUTERS]
Raja Abdullah telah menekan Amerika Serikat selama berbulan-bulan untuk melibatkan Suriah dan mendukung intervensi Rusia di negara yang dilanda perang itu, dengan mengatakan ini diperlukan untuk memisahkan Suriah dari pijakan Iran yang berkembang, kata para pejabat.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Rabu bahwa Washington tidak memiliki rencana untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan pemerintah Assad dan juga tidak mendorong orang lain untuk melakukannya, Reuters melaporkan.
Yordania telah meminta dukungan Rusia untuk mengendalikan tumbuhnya pijakan milisi pro-Iran yang memegang kekuasaan di Suriah selatan di sepanjang perbatasan Suriah dengan Yordania yang juga mengkhawatirkan Israel dan AS, tambah para pejabat.
Yordania mendorong AS untuk mencabut bagian dari Caesar Act 2019, sanksi terberat dari AS yang melarang perusahaan asing berdagang dengan Suriah yang telah menghambat transaksi yang lebih luas dengan Suriah, kata seorang pejabat senior.
Yordania sedang menunggu pengabaian AS untuk Caesar Act 2019 yang akan memungkinkan maskapai negara Royal Jordanian (RJ) untuk melanjutkan penerbangan langsung ke Damaskus untuk pertama kalinya sejak awal konflik, kata pejabat kepada Reuters yang meminta identitasnya disamarkan.
Yordania pekan lalu sepenuhnya membuka kembali perbatasan dengan Suriah untuk meningkatkan investasi dan perdagangan yang telah menderita selama konflik satu dekade.
Raja Abdullah, yang bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Agustus dan telah mendukung peran Rusia di Suriah, juga mendukung upaya untuk merehabilitasi Suriah ke wilayah Arab dan mendapatkan kembali kursinya di Liga Arab, kata para pejabat.
Baca juga: Setidaknya 350.209 Orang Tewas dalam Perang Suriah
REUTERS