TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan bom di sebuah masjid di Kabul menewaskan beberapa warga sipil saat sedang menggelar salat jenazah untuk ibu juru bicara Taliban, kata para pejabat Taliban pada Ahad, disusul oleh tembakan kemudian di pinggiran kota.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan Ahad, yang tampaknya merupakan serangan paling serius di ibu kota Afghanistan sejak penarikan pasukan AS pada Agustus.
Beberapa warga sipil lainnya terluka dalam ledakan di jalan utama dekat pintu masuk Masjid Eidgah, kata para pejabat, Reuters melaporkan, 4 Oktober 2021.
Komandan Taliban terlihat memberikan darah di sebuah rumah sakit yang merawat yang terluka. Akses media dikontrol dengan ketat.
Serangan itu menggarisbawahi meningkatnya tantangan yang dihadapi Taliban saat mereka bergulat untuk beradaptasi dengan pemerintah dan mencegah keruntuhan total ekonomi Afghanistan yang dilanda perang, dengan jutaan orang terancam kelaparan saat musim dingin mendekat.
Afiliasi lokal ISIS, ISIS-Khorasan atau ISIS-K, yang telah memerangi Taliban selama bertahun-tahun, sebelumnya mengklaim telah melakukan serangan terhadap Taliban, meskipun pejabat dari pemerintah baru telah menolak ancaman dari kelompok itu.
Beberapa jam setelah ledakan hari Minggu, media lokal melaporkan baku tembak hebat di Karezimir, sebuah daerah di utara kota itu. Warga yang dihubungi mengonfirmasi bahwa mereka telah mendengar ledakan dan tembakan. Reuters tidak segera dapat menentukan siapa yang terlibat dalam baku tembak.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara selama konferensi pers di Kabul, Afghanistan 6 September 2021. [REUTERS/Stringer]
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan ledakan itu terjadi. Dia tidak mengomentari laporan dari pejabat lain bahwa masjid telah mengadakan salat jenazah untuk ibunya yang telah meninggal baru-baru ini.
CNN melaporkan ledakan itu menargetkan gerbang Masjid Eidgah di Kabul, di mana upacara pemakaman diadakan untuk ibu juru bicara Taliban Zabihullah Muhajid, yang menulis di Twiitter bahwa ledakan itu telah merenggut nyawa warga sipil. Hingga kini belum diketahui berapa jumlah pasti korban jiwa atau luka.
"Ledakan itu terjadi di jalan utama di luar Masjid Eidgah di mana salat untuk ibu Zabihullah Mujahid sedang berlangsung," kata seorang pejabat, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters.
Seorang tentara Taliban yang mengatakan dia melihat ledakan Ahad mengatakan dua orang tewas dan delapan terluka, menurut Reuters. Dia mengatakan tampaknya ada dua pengebom dan salah satu dari mereka tewas, sementara yang lainnya yang tertangkap mencoba melarikan diri.
Emergency, sebuah organisasi nirlaba Italia yang menjalankan sebuah rumah sakit di Kabul, mengatakan di Twitter bahwa mereka merawat empat orang yang terluka dalam ledakan itu.
Media lokal mengutip kementerian dalam negeri yang mengatakan delapan orang tewas dan 20 terluka, tetapi seorang pejabat Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan jumlah akhir akan lebih tinggi.
Kemudian pada Minggu malam, Kabul diguncang oleh lebih banyak ledakan dan tembakan berkelanjutan, yang tampaknya merupakan operasi Taliban melawan sel ISIS.
Gambar dari tempat kejadian yang diunggah oleh media lokal menunjukkan setidaknya dua ledakan cukup besar di luar blok apartemen, menurut CNN.
Taliban belum secara resmi berkomentar tentang insiden baku tembak Minggu malam.
Taliban, yang juga memerangi sisa-sisa pasukan yang setia kepada Ahmad Massoud, seorang pemimpin oposisi dari wilayah Panjshir di utara Kabul, mengatakan mereka hampir menguasai Afghanistan.
Tapi kekerasan hari Minggu, dan serangkaian insiden kecil dalam beberapa hari terakhir di daerah termasuk Nangarhar di perbatasan dengan Pakistan dan Parwan utara Kabul, telah menunjukkan bahwa ancaman keamanan belum hilang.
Serangan bunuh diri, banyak diklaim oleh Taliban, menewaskan ribuan warga sipil di Kabul selama perang 20 tahun melawan pemerintah yang didukung Barat. Rakyat Afghanistan berharap bahwa kemenangan gerakan itu akan mengakhiri serangan semacam itu.
Namun kelompok-kelompok militan seperti ISIS-K terus beroperasi, yang berpotensi menjadi ancaman serius bagi stabilitas. Kelompok tersebut baru-baru ini mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di kota timur Jalalabad.
Pada Agustus, milisi Taliban kembali berkuasa di Afghanistan setelah sebagian besar pasukan AS dan Barat lainnya pergi, mengakhiri misi militer dan diplomatik yang dimulai segera setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Baca juga: Wartawan dan 2 Kerabatnya Tewas dalam Penembakan di Afghanistan
REUTERS | CNN