TEMPO.CO, Jakarta - Mikheil Saakashvili, mantan Presiden Georgia, pada Senin malam, 27 September 2021, mengumumkan rencana pulang dengan misi untuk menyelamatkan negaranya dan menyerukan agar dilakukan unjuk rasa pasca-pemilu. Saakashvili saat ini berlindung ke Ukraina.
Jika tidak ada aral melintang, Saakashvili akan pulang ke Georgia pada Sabtu, 2 Oktober 2021. Langkah Saakashvili itu cukup berani mengingat dia terancam dijebloskan ke penjara, yang disebut Saakashvili penuh muatan politik.
“Nasib Georgia sedang diputuskan. Kelangsungan hidup masyarakat Georgia sedang dipertaruhkan dan itulah mengapa saya membeli tiket pulang pada 2 Otkober sore supaya saya bisa bersama Anda dan melindungi Anda secara politik. Saya ingin ambil bagian dari upaya menyelamatkan Georgia,” kata Saakashvili.
Georgia saat ini sedang diselimuti ketegangan sejak pemilu parlemen pada akhir tahun lalu, antara Partai Impian Georgia dengan partai oposisi, yang mendapat dukungan dari Saakashvili. Partai Impian Georgia adalah partai berkuasa di negara itu saat ini.
Para pengawas internasional mengatakan pemilu parlemen Georgia ketika itu berlangsung sangat kompetitif dan berlangsung bebas. Namun oposisi menuding pemilu itu sudah dicurangi
Sebelumnya pengadilan Georgia pada Juni 2018 menjatuhkan vonis 6 tahun penjara kepada Saakashvili, dalam sebuah persidangan in absentia. Dia dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan dan berusaha menutupi bukti atas tuduhan telah melakukan pemukulan pada seorang anggota parlemen oposisi ketika dia masih menjabat sebagai seorang presiden.
Irakli Garibashvili, Perdana Menteri Georgia, mengatakan kepolisian akan menangkap Saakashvili jika dia pulang ke Georgia.
Baca juga: Mahasiswa Nekat Mudik Meski Terindikasi Terpapar Covid-19
Sumber: Reuters