TEMPO.CO, Jakarta - Pemilih Swiss akan memutuskan pada Ahad besok apakah akan mengizinkan penikahan sesama jenis dan mengadopsi anak dalam sebuah referendum di bawah sistem demokrasi langsung Swiss, ketika kubu pro LGBTQ dan kaum konservatif saling berdebat perihal masalah ini.
Pemerintah federal dan parlemen Swiss menyetujui pembukaan pernikahan sipil untuk pasangan sesama jenis, tetapi penentang memaksa referendum tentang masalah di bawah sistem demokrasi langsung Swiss.
Selama kampanye, penentang reformasi pernikahan sesama jenis menggunakan gambar bayi menangis, sementara pendukung mengibarkan bendera pelangi dengan "Ya, saya bersedia" di pawai Pride Zurich dan Jenewa.
Survei pemilih yang menyetujui pernikahan sesama jenis turun menjadi 63% dalam jajak pendapat terbaru oleh gfs.bern untuk televisi SRG, sementara mereka yang menentang naik menjadi 35%, dibandingkan 69% dan 29% sebulan sebelumnya. Referendum akan digelar pada 26 September.
Pasangan sesama jenis Corinne Guntern dan Anouk Oswald dari Zurich, mengatakan pemungutan suara 'Marriage for All' merupakan tonggak penting bagi masa depan mereka.
"Saya ingin dapat memilih sendiri apakah saya ingin menikahi pasangan di sebelah saya ini dan apakah itu jalan yang benar bagi kami untuk memulai sebuah keluarga," kata Oswald, 30 tahun, dikutip dari Reuters, 22 September 2021.
"Penting untuk menunjukkan kepada generasi muda bahwa kalian tidak tidak perlu bersembunyi," ujarnya.
Guntern, yang juga 30 tahun, mengatakan tidak adil jika seorang perempuan lajang dapat mengadopsi anak sementara pasangan sesama jenis tidak bisa.
"Hari ini, jika saya mencapai usia tertentu dan saya lajang, terlepas dari orientasi seksual saya, saya dapat diterima dalam proses adopsi dan memohon untuk mengadopsi anak. Tetapi jika saya dalam hubungan sesama jenis, aya tidak bisa mengadopsi anak," katanya.
"Tentu saja, seorang anak membutuhkan keamanan dan cinta...tapi saya rasa tidak ada bedanya apakah itu diberikan oleh pasangan heteroseksual atau gay," katanya.
Di Swiss, pasangan sesama jenis menerima hak untuk hubungan legal pada tahun 2007 dan hak untuk mengadopsi anak yang diasuh oleh pasangan mereka pada tahun 2018.
Di bawah undang-undang yang diamendemen, pasangan sesama jenis akan diizinkan untuk mengadopsi anak-anak yang tidak terkait dengan mereka.
Pasangan lesbian yang sudah menikah juga akan diizinkan untuk memiliki anak melalui donor sperma, yang saat ini legal hanya untuk pasangan heteroseksual yang sudah menikah. Di bawah undang-undang, kedua perempuan tersebut akan diakui sebagai orang tua resmi anak tersebut sejak lahir.
Antonia Hauswirth dari komite nasional "Marriage for All" mengatakan prosedur adopsi saat ini bisa memakan waktu tiga tahun. "Jika terjadi sesuatu pada ibu kandungnya selama ini, anak itu dianggap yatim piatu."
Skema yang diusulkan akan memberi anak-anak yang lahir dari donor sperma dua orang tua sejak lahir dan dengan demikian perlindungan hukum yang lebih baik, katanya.
Para penentang mengatakan perubahan itu akan membuat anak-anak kehilangan seorang ayah.
"Besok, seorang anak di Swiss akan tetap memiliki ibu, tetapi hanya 'orang tua lain', bukan seorang ayah. Ayah baru saja dihapus dari KUH Perdata, itu tidak dapat saya terima," kata Olivier Dehaudt, anggota sebuah komite referendum yang menolak usulan tersebut.
Perubahan hukum yang diusulkan juga akan membuka jalan yang lebih mudah menuju kewarganegaraan bagi pasangan asing dari warga negara Swiss.
Baca juga: Referendum Swiss Menolak Proposal Undang-undang Pengurangan Emisi Karbon
REUTERS