Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengadilan Eropa: Rusia Bersalah Atas Pembunuhan Eks KGB Alexander Litvinenko

Reporter

image-gnews
Makam mantan agen KGB Alexander Litvinenko yang dibunuh terlihat di Pemakaman Highgate di London, Inggris, 21 Januari 2016. [REUTERS/Toby Melville]
Makam mantan agen KGB Alexander Litvinenko yang dibunuh terlihat di Pemakaman Highgate di London, Inggris, 21 Januari 2016. [REUTERS/Toby Melville]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) pada Selasa menemukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan mantan perwira KGB Alexander Litvinenko, yang meninggal diracun di London pada 2006.

Litvinenko, seorang pembelot yang menjadi kritikus Kremlin, meninggal tiga minggu setelah minum teh hijau yang dicampur dengan polonium-210 di sebuah hotel mewah di London.

Inggris telah lama menyalahkan Rusia atas pembunuhan itu, dan pengadilan Eropa di Strasbourg, Prancis, mengatakan pada Selasa pembunuhan Litvinenko mengarah pada Rusia, yang memicu bantahan cepat dari Kremlin.

Gambar Litvinenko, 43 tahun, yang berbaring di tempat tidurnya di Rumah Sakit University College London, dalam kondisi kuning, kurus dan dengan rambut rontok, terpampang di surat kabar Inggris dan Barat lainnya.

Dari ranjang kematiannya, Litvinenko mengatakan kepada detektif bahwa dia yakin Presiden Vladimir Putin, yang juga mantan agen KGB, telah memerintahkan pembunuhannya secara langsung, tuduhan yang dibantah oleh Kremlin.

Penggunaan isotop radioaktif langka dan sangat berbahaya di tempat umum di London, menjerumuskan hubungan Anglo-Rusia dan ketidakpercayaan Barat terhadap Kremlin ke titik terendah pasca-Perang Dingin.

Mantan intelijen Rusia yang kemudian bekerja untuk intelijen Inggris, MI6 , Alexander Litvinenko, sekarat karena terkena racun radioaktif polonium-210 dan dirawat di Inggris. [Novinky.cz]

Penyelidikan Inggris menyimpulkan pada tahun 2016 bahwa mantan pengawal KGB Andrei Lugovoy dan seorang Rusia lainnya, Dmitry Kovtun, melakukan pembunuhan itu sebagai bagian dari operasi yang mungkin diarahkan oleh Dinas Keamanan Federal (FSB), lembaga penerus utama KGB era Uni Soviet.

Mendukung pandangan itu, ECHR mengatakan telah menemukan, tanpa keraguan, bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Lugovoy dan Kovtun.

"Operasi yang direncanakan dan kompleks yang melibatkan pengadaan racun mematikan yang langka, pengaturan perjalanan untuk pasangan itu, dan upaya berulang dan berkelanjutan untuk memberikan racun menunjukkan bahwa Litvinenko telah menjadi target operasi."

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak tuduhan itu.

"ECHR hampir tidak memiliki wewenang atau kapasitas teknologi untuk memiliki informasi tentang masalah ini," katanya. "Masih belum ada hasil dari penyelidikan ini dan membuat klaim seperti itu setidaknya tidak berdasar."

Anggota parlemen Rusia Andrei Lugovoy berbicara selama konferensi pers di Moskow 12 Maret 2013. [REUTERS/Maxim Shemetov]

Lugovoy dan Kovtun selalu membantah terlibat. Pada hari Selasa Lugovoy mengatakan keputusan ECHR bermotif politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya pikir itu sangat bodoh dan merusak reputasi Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa," kata Lugovoy, seorang anggota parlemen Rusia, kepada Reuters.

ECHR memerintahkan Rusia untuk membayar ganti rugi kepada Marina Litvinenko 100.000 euro (Rp1,6 miliar) biaya kerusakan dan biaya 22.500 euro (Rp375 juta) biaya hukum.

Hakim yang mengawasi penyelidikan Inggris mengatakan ada beberapa alasan mengapa negara Rusia ingin membunuh Litvinenko, yang diberikan kewarganegaraan Inggris sebulan sebelum kematiannya pada 23 November 2006.

Mantan mata-mata KGB itu dianggap telah mengkhianati FSB dengan menuduhnya melakukan pemboman blok apartemen di Rusia pada tahun 1999 yang menewaskan lebih dari 200 orang, yang dituduhkan Kremlin pada pemberontak Chechnya.

Dia juga dekat dengan pembangkang terkemuka Rusia lainnya dan menuduh pemerintahan Putin berkolusi dengan kejahatan terorganisir. Hakim mengatakan FSB juga mendapat informasi bahwa dia mulai bekerja untuk badan intelijen asing Inggris, MI6.

Dalam perkembangan kasus terpisah pada Selasa, polisi Inggris mengatakan orang Rusia ketiga telah didakwa secara in absentia dengan percobaan pembunuhan Novichok 2018 terhadap mantan agen ganda Sergei Skripal. Inggris mengonfirmasi ketiga tersangka adalah bagian dari operasi intelijen militer.

Rusia juga telah menolak keterlibatan apa pun dalam kasus itu, yang menyebabkan pengusiran puluhan diplomat.

Dalam insiden tahun 2006, kontaminasi polonium ditemukan di teko dan bar hotel tempat Litvinenko berada, dan jejak zat radioaktif tinggi ditemukan di seluruh London, mulai dari kantor, hotel, pesawat, dan Stadion Emirates klub sepak bola Arsenal.

Tetapi dengan tersangka utama di luar jangkauan di Rusia, Inggris tidak dapat melanjutkan proses pidana.

Janda Alexander Litvinenko, Marina, membawa kasus ini ke ECHR, dengan alasan suaminya telah dibunuh atas arahan atau dengan persetujuan pihak berwenang Rusia, dan bahwa pihak berwenang Rusia gagal melakukan penyelidikan domestik yang efektif atas pembunuhan tersebut.

Baca juga: Selain Alexei Navalny, Ini 6 Sosok Terkemuka Rusia yang Diracun dan Dibunuh

REUTERS

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

1 jam lalu

Duta Besar Inggris untuk ASEAN Sarah Tiffin (kiri) dan Pejabat Ekonomi Senior Inggris untuk ASEAN Martin Kent (kanan) setelah acara peluncuran ASEAN-UK Economic Integration Programme (EIP) di Jakarta pada Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.


Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

5 jam lalu

Pesawat Sukhoi SU-57 dilengkapi dengan kemampuan multi-misi, otomatisasi, dan teknologi kecerdasan buatan untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Udara Rusia secara dramatis. Karena peningkatan aerodinamis, Sukhoi Su-57 dapat melakukan perjalanan hingga Mach 2 tanpa afterburner yang memiliki jangkauan hingga 3.500 kilometer dengan kecepatan subsonik. Foto : Twitter
Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

Kedubes Rusia mengatakan Moskow siap memasok pesawat tempur Sukhoi jika ada minat dari Jakarta.


Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

6 jam lalu

Spyware pegasus. Amnesty.org
Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

Top 3 Dunia dibuka dengan berita dari Spanyol tentang spyware Israel yang memata-matai PM Pedro Sanchez.


Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

7 jam lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecek persenjataan saat mengunjungi pusat pelatihan Distrik Militer Barat untuk pasukan cadangan yang dimobilisasi, di Wilayah Ryazan, Rusia 20 Oktober 2022. Dihadapkan dengan serangkaian kekalahan dalam perang, Putin bulan lalu mendeklarasikan
Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

Kedubes Rusia mengatakan persiapan negaranya sangat kuat untuk melawan Ukraina yang akan mendapat bantuan senilai miliaran dolar dari AS.


Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

15 jam lalu

Rusia Balas Sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa
Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.


Rusia Menilai AS Buka Kedoknya dengan Veto Permohonan Palestina Jadi Anggota PBB

16 jam lalu

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan berbicara kepada anggota Dewan Keamanan dalam pertemuan untuk mengatasi situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di markas besar PBB di New York City, New York, AS, 18 April 2024. REUTERS /Eduardo Muno
Rusia Menilai AS Buka Kedoknya dengan Veto Permohonan Palestina Jadi Anggota PBB

Perwakilan Rusia menilai Amerika Serikat menunjukkan sikap aslinya dengan memveto permintaan Palestina untuk menjadi anggota PBB.


Wakil Menhan Rusia Ditangkap karena Korupsi

20 jam lalu

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Timur Ivanov memberikan penjelasan kepada Presiden Vladimir Putin, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Patriark Kirill, kepala Gereja Ortodoks Rusia, (tidak terlihat dalam gambar) yang memeriksa model Katedral Utama Angkatan Bersenjata Rusia di  jalannya pembangunannya di dekat Moskow, Rusia, 19 September 2018. Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS
Wakil Menhan Rusia Ditangkap karena Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Timur Ivanov masuk dalam daftar Majalah Forbes sebagai salah satu orang terkaya di struktur keamanan Rusia.


Rusia Siap Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia yang Baru

20 jam lalu

Veronika Novoseltseva charg d'affaires (kiri) dan Maxim Lukyanov (kanan) atase pertahanan di Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Indonesia dalam acara jumpa pers di Jakarta Selatan pada Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Rusia Siap Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia yang Baru

Moskow siap kerja sama dengan pemerintah baru Indonesia yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu, 24 April 2024


Mengintip Desain Mewah Sleeper Train Venice Simplon-Orient-Express

1 hari lalu

Seniman JR, yang mendesain sleeper train L'Observatoire milik Venice Simplon-Orient-Express. (dok. Belmond)
Mengintip Desain Mewah Sleeper Train Venice Simplon-Orient-Express

Sleeper train L'Observatoire Venice Simplon-Orient-Express mulai beroperasi tahun 202


Mengenang Presiden Rusia Pertama Boris Yeltsin yang Meninggal 17 Tahun Lalu

1 hari lalu

Mantan Presiden Bill Clinton menyeka air mata tawa saat ia berbicara pada mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin di New York, 23 Oktober 1995. [REUTERS / Rick Wilking]
Mengenang Presiden Rusia Pertama Boris Yeltsin yang Meninggal 17 Tahun Lalu

Presiden Boris Yeltsin meninggal di usia 76 tahun tepat pada 23 April 2007 lalu. Jasanya sebagai presiden pertama Russia dikenang oleh rakyatnya.