TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan Indonesia dapat meminta kepada ASEAN mengadakan sidang khusus untuk menentang rencana pembangunan kapal selam nuklir oleh Australia.
"Hasil sidang ini kemudian disuarakan," kata Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 21 Januari 2021.
Rencana pembuatan kapal selam nuklir itu tercantum dalam kemitraan keamanan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS).
Menurut dia, Indonesia juga perlu mendekati Cina sebagai pesaing AS untuk menentang rencana Australia tersebut.
"Indonesia dalam isu ini memiliki garis kebijakan yang sama dengan Cina," kata dia.
Harapannya adalah AS akan khawatir bila Indonesia bersekutu dengan Cina dan karenanya akan menghentikan rencana Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir, kata dia.
Langkah terakhir, kata Hikmahanto, adalah Indonesia mendekati Prancis yang menentang keras rencana AS, Inggris dan Australia tersebut.
Ia mengatakan Indonesia dapat mendorong agar Prancis membawa isu ini dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
"Keberatan Indonesia terkait rencana membangun kapal selam bertenaga nuklir karena tiga alasan. Pertama, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir berpotensi melanggar Non-Proliferation Treaty (NPT)," kata Rektor Universitas Jenderal A Yani itu.
NPT adalah perjanjian internasional yang melarang penyebaran pengetahuan nuklir dan nuklir dari negara yang memiliki kepada yang tidak memiliki.
AS adalah negara pemilik nuklir dan pengetahuannya, sementara Australia bukan, kata Hikmahanto.
Kedua, lanjut dia, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia berpotensi memunculkan perlombaan senjata di kawasan Indo Pasifik.
Ia mengatakan Cina tentu tidak akan berdiam diri dengan perkembangan geo-politik ini.
Terakhir, kata dia, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir dapat mengancam perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan Indo Pasifik.
"Bila terjadi perang terbuka dapat dipastikan penggunaan senjata nuklir di kawasan akan tidak dapat dihindari," ujar Hikmahanto.
Selanjutnya: Sikap ASEAN Tidak Kompak