TEMPO.CO, Jakarta - Motif di balik penembakan di Universitas Negeri Perm, Rusia, belum sepenuhnya terungkap. Walau begitu, sang pelaku, yang belum diungkap identitasnya, mengatakan bahwa aksi penembakan itu didasari rasa benci, bukan agama ataupun politik.
Pelaku juga mengatakan bahwa ia sudah lama berniat melakukan aksi penambakan di kampusnya. Dan, menurut ia, sekarang adalah waktu yang tepat untuk beraksi, Senin, 20 September 2021. Hal itu ia ungkapkan di media sosialnya yang dalam waktu cepat langsung di-takedown.
"Saya sudah lama memikirkan hal ini, bertahun-tahun dan sudah tiba waktunya untuk melakukan hal yang saya impikan," ujar pelaku berusia 18 tahun sambil berfoto memegang senapan laras panjang, dikutip dari kantor berita Reuters.
Dewan Investigasi Rusia, yang bertanggung jawab atas kasus-kasus kejahatan besar, tengah menyelidiki perkara penembakan ini per berita ditulis. Mereka mengkonfirmasi bahwa pelaku adalah mahasiswa Universitas Negeri Perm itu sendiri.
Adapun kasus penembakan di Perm menambah daftar kasus penembakan oleh remaja di Rusia. Awal 2021, seorang remaja melakukan pembantain di sebuah sekolah yang berlokasi di Kazan. Ie menewaskan sembilan orang.
Tahun 2018, seorang mahasiswa di Krimea, yang dicaplok Rusia, membunuh 20 orang sebelum mengakhiri nyawanya sendiri.
Untuk mencegah hal-hal tersebut terulang, Rusia sudah memperketat aturan kepemilikan senjata. Batas usia kepemilikan dinaikkan dari 18 tahun ke 21 tahun. Selain itu, hanya senjata untuk kategori berburu, olahraga, dan pertahanan diri yang diperbolehkan dijual. Mereka yang ingin membeli, wajib mengikuti tes untuk mendapat izin kepemilikan senjata api di Rusia.
Baca juga: Delapan Orang Terbunuh Dalam Penembakan di Universitas Rusia
ISTMAN MP | REUTERS