TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah petugas di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, pada Jumat, 17 September 2021, mengganti papan nama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dengan tulisan lain. Langkah itu diambil setelah mantan para pegawai perempuan di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dilarang memasuki gedung itu.
Papan nama Kementerian Pemberdayaan Perempuan diganti dengan sebuah tulisan campuran bahasa Dari dan Arab, yang bertuliskan ‘Kementerian Doa dan Bimbingan serta Promosi Virtual dan Pencegahan Sifat Buruk’.
Ribuan warga Afghanistan memprotes Taliban di kota selatan Kandahar pada hari Selasa, 14 September 2021. Keluarga yang tinggal selama hampir 30 tahun, telah diberi waktu tiga hari untuk mengosongkan rumahnya. ASVAKA News Agency/REUTERS
Pegawai perempuan di Kementerian itu mengatakan mereka sudah mencoba kembali bekerja, namun hanya diminta untuk pulang. Pintu gerbang Kementerian Pemberdayaan Perempuan pada Kamis, 16 September 2021 akhirnya ditutup.
“Saya satu-satunya pencari nafkah di keluarga saya. Ketika kementerian ini tidak ada lagi, apa yang harus dilakukan perempuan Afghanistan?,” kata seorang perempuan yang tidak mau dipublikasi identitasnya.
Juru bicara Taliban tidak mau berkomentar mengenai hal ini. Taliban menguasai Afghanistan pada akhir bulan lalu di tengah kekacauan penarikan pasukan militer Amerika Serikat.
Kelompok radikal ini sebelumnya pernah berkuasa di Afghanistan pada 1996 – 2001. Ketika itu, perempuan tidak boleh bersekolah, bekerja dan mengenyam pendidikan.
Baca juga: Pelajar Perempuan di Afghanistan Masih Waswas ke Sekolah
Sumber: Reuters