TEMPO.CO, Jakarta - Jerman mengikuti langkah Prancis dengan mengutarakan rasa khawatir terkait kesepakatan antara Angkatan Bersenjata Mali dengan sebuah perusahaan bidang keamanan di Rusia. Kesepakatan itu bisa memungkinkan tentara bayaran Rusia di kirim ke Mali, sebuah negara yang terletak di Afrika bagian barat.
Sumber di bidang keamanan dan diplomat mengatakan pada Reuters tentara-tentara bayaran di rekrut oleh perusahaan bidang keamanan Wagner Group untuk melatih tentara Mali dan memberikan perlindungan pada pejabat senior di negara itu. Sumber mengatakan kesepakatan itu sudah hampir disetujui.
“Kami merasa ini sungguh mengkhawatirkan,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Rabu, 15 September 2021.
Seorang tentara Prancis dari resimen zeni ke-13 mengawasi rumah touareg di dekat Tin Hama, Mali. Gambar diunggah Reuters, 24 Oktober 2017.[REUTERS / Benoit Tessier]
Sebelumnya pada Selasa 14 September 2021, Kementerian Luar Negeri Prancis mengkritik rencana Mali tersebut. Sebab saat ini ada militer Prancis di negara tersebut. Mali adalah negara bekas jajahan Prancis.
Prancis waswas kedatangan tentara bayaran dari Rusia hanya akan merusak operasi anti-terorisme Prancis yang sudah dilakukan selama berpuluh tahun di wilayah Sahel, Afrika Barat. Prancis memberantas kelompok-kelompok radikal di sana yang menjadi bagian dari jaringan al-Qaeda dan Islamic State (ISIS).
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman menyatakan permasalahan ini akan didiskusikan dengan mitra-mitranya di Eropa dan dunia internasional. Kemungkinan menjatuhkan konsekuensi pun akan didiskusikan jika memang diperlukan.
Mali saat ini dipimpin oleh pemerintahan militer (Junta) setelah mereka melakukan kudeta pada Mei 2021 lalu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan Jerman hanya akan menempatkan personel militernya di Mali jika ada mandat untuk pengerahan ke sana.
Baca juga: Misteri Pembunuhan Presiden Haiti: Kronologi Hingga Dalang di Baliknya
Sumber: Reuters