Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ratusan Diplomat Afghanistan Terlantar di Luar Negeri Setelah Taliban Berkuasa

Reporter

image-gnews
Sejumlah penumpang turun dari pesawat komersial pada saat kedatangan dari Kandahar di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan 5 September 2021. Ariana Afghan Airlines melanjutkan beberapa penerbangan di Afghanistan antara Kabul dan tiga kota provinsi besar pada Sabtu lalu. REUTERS/Stringer
Sejumlah penumpang turun dari pesawat komersial pada saat kedatangan dari Kandahar di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan 5 September 2021. Ariana Afghan Airlines melanjutkan beberapa penerbangan di Afghanistan antara Kabul dan tiga kota provinsi besar pada Sabtu lalu. REUTERS/Stringer
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kembalinya Taliban secara tiba-tiba ke kekuasaan telah membuat ratusan diplomat Afghanistan di luar negeri dalam ketidakpastian.

Para diplomat kini kehabisan uang untuk menjalankan misi diplomatiknya, takut akan keluarga di rumah, dan putus asa untuk mengamankan jaminan perlindungan di luar negeri.

Taliban, yang dengan cepat menggulingkan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat pada 15 Agustus, mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah mengirim pesan ke semua kedutaan besar Afghanistan yang memberitahu para diplomat untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

Tetapi delapan staf kedutaan besar yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim, di negara-negara termasuk Kanada, Jerman dan Jepang, menggambarkan disfungsi dan keputusasaan dalam misi mereka.

"Rekan-rekan saya di sini dan di banyak negara memohon kepada negara tuan rumah untuk menerima mereka," kata seorang diplomat Afghanistan di Berlin, dikutip dari Reuters, 16 September 2021.

Dia mengatakan kepada Reuters takut apa yang mungkin terjadi pada istri dan empat putrinya yang tetap di Kabul jika dia mengizinkan namanya digunakan.

"Saya benar-benar memohon. Para diplomat bersedia menjadi pengungsi," katanya, seraya menambahkan bahwa dia harus menjual segalanya, termasuk sebuah rumah besar di Kabul, dan mulai dari awal lagi.

Misi diplomatik Afghanistan di luar negeri menghadapi periode "ketidakpastian yang berkepanjangan" ketika negara-negara memutuskan apakah akan mengakui Taliban, kata Afzal Ashraf, pakar hubungan internasional dan rekan peneliti di Universitas Nottingham Inggris.

"Apa yang bisa dilakukan kedutaan tersebut? Mereka tidak mewakili pemerintah. Mereka tidak memiliki kebijakan untuk diterapkan," katanya, menambahkan bahwa staf kedutaan kemungkinan akan diberikan suaka politik karena masalah keamanan jika mereka kembali ke Afghanistan.

Tentara Taliban membawa senapan saat berjaga di sebuah taman hiburan di Herat, Afghanistan, Jumat, 10 September 2021. Kaum perempuan Afghanistan mendapatkan sejumlah larangan, di antaranya berolahraga, dan pergi tanpa didampingi pria semuhrim. WANA via REUTERS

Taliban, yang memberlakukan interpretasi ketat terhadap hukum syariat Islam dengan hukuman seperti amputasi dan rajam selama pemerintahan mereka sebelumnya dari 1996 hingga 2001, telah berusaha untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat sejak kembali berkuasa.

Juru bicara telah meyakinkan Afghanistan bahwa mereka tidak keluar untuk membalas dendam dan akan menghormati hak-hak orang, termasuk perempuan.

Tetapi laporan penggeledahan dari rumah ke rumah dan pembalasan terhadap mantan pejabat dan etnis minoritas telah membuat orang waspada. Taliban telah berjanji untuk menyelidiki setiap pelanggaran.

Sekelompok utusan dari pemerintah yang digulingkan mengeluarkan pernyataan bersama yang pertama dari jenisnya, dilaporkan oleh Reuters pada Rabu sebelum rilis publik, menyerukan para pemimpin dunia untuk menolak pengakuan resmi Taliban.

Penjabat menteri luar negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi mengatakan pada konferensi pers di Kabul pada Selasa, Taliban telah mengirim pesan ke semua kedutaan besar Afghanistan memberitahu mereka untuk terus bekerja.

"Afghanistan banyak berinvestasi pada Anda, Anda adalah aset Afghanistan," katanya.

Seorang diplomat senior Afghanistan memperkirakan ada sekitar 3.000 orang yang bekerja di kedutaan negara itu atau bergantung langsung pada mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintahan presiden terguling, Ashraf Ghani, juga menulis surat kepada misi diplomatik asing pada 8 September yang menyebut pemerintah baru Taliban "tidak sah" dan mendesak kedutaan besar untuk melanjutkan fungsi dan tugas normal mereka.

Tetapi seruan untuk kesinambungan ini tidak mencerminkan kekacauan di lapangan, kata staf kedutaan.

"Tidak ada uang. Tidak mungkin beroperasi dalam keadaan seperti itu. Saya tidak digaji sekarang," kata seorang sumber di kedutaan besar Afghanistan di ibu kota Kanada, Ottawa.

Dua staf kedutaan besar Afghanistan di New Delhi mengatakan mereka juga kehabisan uang tunai untuk misi melayani ribuan warga Afghanistan yang berusaha menemukan jalan pulang untuk kembali ke keluarga atau membutuhkan bantuan mengajukan permohonan suaka di negara lain.

Kedua staf mengatakan mereka tidak akan kembali ke Afghanistan karena takut menjadi sasaran karena hubungan mereka dengan pemerintah sebelumnya, tetapi juga akan berjuang untuk mendapatkan suaka di India di mana ribuan warga Afghanistan telah menghabiskan bertahun-tahun mencari status pengungsi.

"Saya hanya harus duduk diam untuk saat ini di gedung kedutaan dan menunggu untuk keluar ke negara mana pun yang mau menerima saya dan keluarga saya," kata salah seorang staf.

Beberapa utusan diplomatik Afghanistan secara terbuka mengkritik Taliban.

Manizha Bakhtari, duta besar Afghanistan untuk Austria, secara teratur mengunggah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh Taliban di Twitter, sementara utusan untuk China Javid Ahmad Qaem memperingatkan agar tidak mempercayai janji-janji Taliban pada kelompok-kelompok ekstremis.

Yang lain diam, berharap negara tuan rumah mereka tidak akan terburu-buru mengakui kelompok itu dan menempatkan mereka dalam bahaya.

Beberapa diplomat Afghanistan mengatakan mereka akan mengamati dengan seksama pertemuan tahunan para pemimpin dunia di PBB di New York minggu depan, di mana ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan mengisi kursi Afghanistan.

Kredensial PBB memberikan bobot kepada pemerintah, dan belum ada yang secara resmi mengklaim kursi Afghanistan. Setiap langkah yang dianggap melegitimasi Taliban mungkin memberdayakan kelompok itu untuk menggantikan staf kedutaan dengan staf mereka sendiri, kata para diplomat.

Di Tajikistan, beberapa staf kedutaan besar berhasil membawa keluarga mereka melintasi perbatasan dalam beberapa pekan terakhir, dan mereka mempertimbangkan untuk mengubah kedutaan menjadi tempat tinggal untuk menampung mereka, kata seorang diplomat senior di sana.

Seperti rekan-rekan yang tersebar di seluruh dunia, mereka tidak memiliki rencana untuk pulang dengan Taliban kembali berkuasa.

"Sangat jelas bahwa tidak ada seorang pun diplomat Afghanistan yang ditempatkan di luar negeri ingin kembali. Kami semua bertekad untuk tetap di tempat kami sekarang dan mungkin banyak negara akan menerima bahwa kami adalah bagian dari pemerintah yang berada di pengasingan," kata seorang diplomat Afghanistan di Jepang.

Baca juga: Usai Pemerintahan Baru, Krisis dan Pengakuan Jadi Tantangan Taliban Selanjutnya

REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Putin Resmi Tarik Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Siapa Penggantinya?

1 hari lalu

Anatoly Antonov. Lev Radin/Sipa USA
Putin Resmi Tarik Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Siapa Penggantinya?

Anatoly Antonov menjadi Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat sejak 2017


Imam Besar Masjid Nabawi dan Duta Besar Arab Saudi Kunjungi Ponpes Darunnajah

2 hari lalu

Imam Besar Masjid Nabawi Syekh Ahmad tiba di  Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang, Banten, pada Senin malam 7 Oktober 2024, dalam agenda kunjungan kenegaraan di Indonesia. ANTARA/Azmi Samsul Maarif
Imam Besar Masjid Nabawi dan Duta Besar Arab Saudi Kunjungi Ponpes Darunnajah

Imam besar Masjid Nabawi dan duta besar Arab Saudi mengunjungi Pondok Pesantren Darunnajah.


Warga Afghanistan Didakwa Rencanakan Teror Saat Hari Pilpres AS

3 hari lalu

Bendera Amerika Serikat berkibar di Gedung Capitol Hill AS, ketika Wali kota Muriel Bowser menyatakan Keadaan Darurat karena penyakit virus Corona (COVID-19), di Capitol Hill di Washington, AS, 18 Maret 2020. [REUTERS / Tom Brenner]
Warga Afghanistan Didakwa Rencanakan Teror Saat Hari Pilpres AS

Warga negara Afghanistan bernama Nasir Ahmad Tawhedi (27) didakwa oleh pengadilan federal Amerika Serikat atas dugaan rencana teror pada pilres AS


Tiba di Jakarta, Imam Besar Masjid Nabawi Ungkap Kecintaannya Terhadap Masyarakat Indonesia

4 hari lalu

Imam Besar Masjid Nabawi, Ahmad bin Ali Al-Hudhaify (kiri) tiba Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Senin, 7 Oktober 2024. TEMPO/Hammam Izzuddin
Tiba di Jakarta, Imam Besar Masjid Nabawi Ungkap Kecintaannya Terhadap Masyarakat Indonesia

Imam Besar Masjid Nabawi, Ahmad bin Ali Al-Hudhaify tiba Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Senin, 7 Oktober 2024. Ia akan berada di Indonesia hingga Jumat mendatang.


Peringatan Hari Penyatuan Jerman Digelar di Jakarta, Bagaimana Sejarahnya?

9 hari lalu

Seorang pejalan kaki berjalan melewati bagian-bagian Galeri Sisi Timur, bagian terbesar yang tersisa dari bekas Tembok Berlin, di Berlin, Jerman, 19 September 2019. Kamis 3 Oktober adalah Hari Persatuan Jerman dan juga sebagai pengingat runtuhnya Tembok Berlin pemisah Jerman Barat dan Jerman Timur. REUTERS/Fabrizio Bensch
Peringatan Hari Penyatuan Jerman Digelar di Jakarta, Bagaimana Sejarahnya?

Kedutaan Besar Jerman menggelar peringatan Hari Penyatuan Jerman yang diperingati setiap 3 Oktober.


OKI Mendesak Agresi Israel ke Lebanon dan Palestina Dihentikan

9 hari lalu

Para Duta Besar yang mewakili negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Rumania pada 2 Oktober 2024, menyampaikan pernyataan bersama soal agresi Israel ke Lebanon dan Palestina. sumber: dokumen KBRI Rumania
OKI Mendesak Agresi Israel ke Lebanon dan Palestina Dihentikan

Sebanyak 20 Duta Besar negara OKI mendesak komunitas internasional untuk memastikan dihentikannya segala dukungan terhadap Israel


Kedutaan Besar Iran: Serangan ke Israel adalah Hak Membela Diri!

9 hari lalu

Warga berdiri di atas reruntuhan di lokasi serangan udara Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, 29 September 2024. REUTERS/Ali Alloush
Kedutaan Besar Iran: Serangan ke Israel adalah Hak Membela Diri!

Iran menilai serangan itu sebagai bentuk pembelaan diri terhadap Israel setelah menahan diri dalam waktu yang cukup lama.


Korea Utara: Israel Bebas Membantai Warga Palestina Gara-gara Perlindungan AS

10 hari lalu

Orang-orang menguburkan jenazah warga Palestina yang tidak dikenal di kuburan massal di Khan Younis, Jalur Gaza, 26 September 2024. Middle East Eye (MEE) melaporkan 88 jasad itu dikirim ke Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan pada Rabu (25/9), namun ditolak oleh Kementerian Kesehatan Palestina lantaran tidak disertai dengan identitas. REUTERS/Mohammed Salem
Korea Utara: Israel Bebas Membantai Warga Palestina Gara-gara Perlindungan AS

Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song mengatakan Israel kebal terhadap hukuman apa pun, meskipun telah membantai lebih dari 41.600 warga Palestina


Ketua DPR AS Minta Volodymyr Zelensky Pecat Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat

16 hari lalu

Ketua DPR yang baru terpilih Mike Johnson (R-LA) mengambil sumpah jabatannya setelah ia terpilih menjadi Ketua DPR baru di US Capitol di Washington, AS, 25 Oktober 2023. REUTERS/Elizabth Frantz
Ketua DPR AS Minta Volodymyr Zelensky Pecat Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat

Volodymyr Zelensky diminta memecat Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat karena dituduh melakukan intervensi pilpres AS


Profil Menlu Retno Marsudi yang Dijadikan Nama Bunga Tulip di Belanda

18 hari lalu

Pemerintah Belanda memberi nama salah satu tulip dengan nama Retno Marsudi. Instagram
Profil Menlu Retno Marsudi yang Dijadikan Nama Bunga Tulip di Belanda

Retno Marsudi menjadi nama bunga tulip pemberian Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp. Ini profil Menlu Retno.