TEMPO.CO, Jakarta - Taliban mengklarifikasi bahwa mereka tidak melarang perempuan Afghanistan untuk belajar ataupun bekerja. Sebaliknya, perempuan Afghanistan tetap diperbolehkan untuk melakukan keduanya, namun dibatasi pada sektor-sektor yang diizinkan.
Mengutip laporan Reuters, sektor yang sudah diizinkan adalah pendidikan dan medis. Pertimbangan Taliban, fasilitas khusus terpisah bisa disiapkan untuk perempuan Afghanistan yang ingin masuk ke sektor tersebut. Sebagai catatan, Taliban melarang perempuan dan pria Afghanistan bekerja bersama di ruang yang sama.
"Kami tentu membutuhkan perempuan, misalnya untuk obat-obatan dan pendidikan. Kami akan memiliki institusi terpisah untuk mereka mulai dari rumah sakit terpisah, universitas terpisah, sekolah terpisah, madrasah terpisah," ujar pejabat senior Taliban, Waheedullah Hashimi, dikutip dari Reuters, Selasa, 14 September 2021.
Hashimi menambahkan, perempuan juga boleh bertemu pria di luar rumah, namun pada situasi tertentu saja. Salah satu contohnya adalah pasien perempuan bertemu dokter pria ketika pergi berobat.
Jubir Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan pernyataan Hashimi. Ia berkata, perempuan tetap bagian vital dari komunitas Afghanistan dan mereka akan bekerja di sektor-sektor berbeda. Ia pun mengatakan pihaknya sudah mengontak perempuan-perempuan pegawai negeri untuk kembali ke Afghanistan.
Soal pendidikan, Menteri Pendidikan Tinggi Taliban mengatakan pada Ahad kemarin bahwa perempuan Afghanistan tetap boleh menempuh pendidikan di universitas. Namun, pemisahan gender akan dilakukan. Sebagai contoh, di ruang kelas, kursi pria dan perempuan akan dipisah plus kedua kelompok akan dibatasi tirai agar tak bisa melihat satu sama lain.
Per berita ini ditulis, perempuan Afghanistan telah mengadakan berbagai demonstrasi untuk menentang pendekatan yang diambil Taliban. Menurut mereka, apa yang dialkukan Taliban adalah memberangus hak-hak perempuan untuk berkembang. Taliban merespon keras demonstrasi tersebut, bahkan membubarkan beberapa di antaranya dengan menembakkan senjata api.
Di luar Afghanistan, berbagai pihak berupaya mendesak Taliban untuk memenuhi janjinya soal menghargai hak-hak perempuan. Beberapa di antaranya bahkan memberikan pernyataan keras. Prancis, misalnya, menyebut Taliban pembohong dan tidak mau lagi berurusan dengannya. Dewan HAM PBB menyatakan hal senada dan mendesak adanya sistem monitoring pemenuhan HAM dan pengawasan Taliban di Afghanistan.
Baca juga: Taliban: Perempuan Tak Seharusnya Bekerja Bersama Pria
ISTMAN MP | REUTERS