TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Afghanistan di bandara Kabul kembali menjaga pos pemeriksaan di samping pos keamanan Taliban sejak hari Minggu. Ini adalah pertama kalinya sejak Taliban berkuasa pertengahan bulan lalu.
Ketika Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan, polisi meninggalkan pos karena takut terhadap apa yang akan dilakukan oleh kelompok bersenjata ini. Namun dua petugas mengatakan telah kembali bekerja pada hari Sabtu setelah menerima telepon dari komandan Taliban.
Pada hari Minggu, seperti dikutip dari France24, seorang koresponden AFP di bandara melihat anggota polisi perbatasan dikerahkan di beberapa pos pemeriksaan di luar gedung utama bandara, termasuk terminal domestik. "Saya kembali bekerja kemarin lebih dari dua minggu setelah dipulangkan," salah satu anggota kepolisian yang berbicara dengan syarat anonim.
"Saya menerima telepon dari seorang komandan senior Taliban yang meminta untuk kembali," kata petugas lainnya. "Kemarin hebat, senang sekali bisa melayani lagi."
Taliban mengatakan mereka telah memberikan amnesti kepada semua orang yang bekerja untuk pemerintah sebelumnya, termasuk tentara, polisi, dan petugas keamanan lainnya.
Para pejabat Taliban mengatakan ingin mengintegrasikan pasukan lawan meski tak menjelaskan secaraa rinci. Saat ini petugas keamanan Afghanistan berjumlah sekitar 600.000 orang.
Bandara Kabul rusak parah setelah evakuasi besar-besaran menjelang batas waktu penarikan pasukan AS pada 31 Agustus 2021. Taliban, yang menyerbu ke Kabul setelah mengusir pasukan pemerintah pada 15 Agustus, berusaha agar bandara beroperasi kembali dengan bantuan teknis Qatar.
Uni Emirat Arab mengirimkan berton-ton bantuan ke Afghanistan dengan pesawat. Selain makanan, ratusan ton pasokan medis dan makanan diangkut pula menggunakan pesawat.
Seorang petugas keamanan bandara dari perusahaan swasta membenarkan polisi perbatasan telah dikerahkan sejak Sabtu. "Mereka berbagi keamanan dengan Taliban," katanya.
Dalam beberapa hari terakhir, Bandara Kabul mulai beroperasi. Qatar Airways telah melakukan penerbangan sewa dengan membawa sebagian besar orang asing dan warga Afghanistan yang ingin dievakuasi.
Baca: Dibohongi Taliban, Prancis Ogah Akui Pemerintahan Baru Afghanistan
FRANCE24