TEMPO.CO, Jakarta - Tiga calon kanselir Jerman tampil dalam debat terbuka di televisi, Minggu malam. Kandidat Partai Sosial Demokrat (SPD) Olaf Scholz, yang saat ini menjadi menteri keuangan, unggul dalam survei yang digelar sesaat setelah debat itu.
Pemilu Jerman akan digelar 26 September 2021 untuk memilih pengganti kanselir Angela Merkel.
Scholz memimpin atas kaum konservatif dalam jajak pendapat setelah ia berhasil menepis serangan verbal dari kandidat Partai Kristen Demokrat (CDU) Armin Laschet atas catatannya dalam menangani pencucian uang dan apakah dia akan bersekutu dengan partai sayap kiri.
Jajak pendapat singkat untuk televisi ARD yang diambil segera setelah debat 90 menit menunjukkan bahwa 41 persen dari 1.500 responden yang ditanya berpikir Scholz adalah calon paling meyakinkan. Laschet mendapat dukungan 27 persen dan kandidat Partai Hijau, Annalena Baerbock, mendapat 25 persen.
Menurut Reuters, dalam debat itu Laschet menuduh Scholz gagal dalam tanggung jawab pengawasannya sehubungan dengan penggerebekan minggu lalu di kementerian keuangan dan kehakiman yang merupakan bagian dari penyelidikan terhadap badan anti pencucian uang pemerintah.
"Jika menteri keuangan saya bekerja seperti Anda, maka kita akan menghadapi masalah serius," kata Laschet.
Scholz yang terlihat tenang membuat Laschet menuduh lawannya memutarbalikkan fakta dan menjadi "tidak jujur" dengan menyarankan ada penyelidikan terhadap kementeriannya, sedangkan penyelidik hanya membutuhkan informasi darinya.
Kaum konservatif kehilangan daya tarik Merkel, seorang konservatif, yang tidak mencalonkan diri lagi setelah empat kemenangan pemilu dan 16 tahun memimpin negara dengan ekonomi terbesar Eropa itu.
Sebuah jajak pendapat pada hari Minggu menunjukkan bahwa SPD telah memperpanjang keunggulan mereka atas kaum konservatif. Jajak pendapat INSA menempatkan SPD mendapat dukungan 26 persen, naik satu poin dari seminggu lalu dan pada peringkat tertinggi sejak Juni 2017. Konservatif tidak berubah pada angka 20 persen dan Partai Hijau turun 1 poin pada 15 persen.
Dalam tiga bulan terakhir kaum konservatif telah kehilangan 8-9 poin persentase. Laschet, pemimpin dari negara bagian Rhine-Westphalia Utara Jerman yang paling padat penduduknya, berusaha menebus kesalahan selama kampanye.
Citranya turun ketika tertangkap kamera sedang tertawa saat berkunjung ke kota yang dilanda banjir mematikan pada bulan Juli. Dia meminta maaf.
Majalah Spiegel edisi minggu ini memasang gambar sampul depan Laschet memegang tangannya di depan mulutnya dengan judul "Oooops".
Dalam debat tersebut, Laschet juga menekan Scholz apakah dia akan membentuk aliansi dengan Partai Hijau dan partai sayap kiri Linke, yang menentang NATO dan kritis terhadap banyak aspek Uni Eropa.
Scholz sekali lagi menolak untuk mengesampingkan bekerja dengan Linke, dengan alasan pertama bahwa pemilih harus memiliki suara mereka dalam pemilihan. Namun, dia menjelaskan bahwa ada perbedaan yang jelas antara partai-partai yang akan membuat koalisi menjadi sangat sulit.
"Pengakuan hubungan transatlantik, NATO dan Uni Eropa diperlukan untuk pemerintahan yang baik," katanya.
Baerbock, yang Partai Hijaunya juga telah kehilangan sekitar 10 poin persentase sejak tertinggi pada April dan Mei, mengatakan Jerman menghadapi pilihan yang sulit antara awal yang baru atau terjebak dalam "lebih banyak hal yang sama".
"Jerman dapat melakukan lebih banyak lagi ... Ini adalah kesempatan besar bagi negara kita," katanya.
Isu Lingkungan
Dalam debat itu, Baerbock terlihat unggul saat bicara soal isu lingkungan dan menantang kedua lawannya tentang apa yang telah dilakukan partai mereka dalam mengatasi krisis iklim.
"Kita kehilangan target iklim kita, dengan konsekuensi dramatis, dan Anda berdua telah menjelaskan bahwa Anda tidak mengorientasikan diri Anda pada solusi, tetapi hanya saling menyalahkan tentang siapa yang menghalangi apa," katanya seperti dikutip dari dw.com.
Baerbock berpendapat bahwa pemerintah berikutnya akan menjadi salah satu yang terakhir memiliki efek aktif pada krisis iklim.
"Artinya kita harus lepas dari pembangkit listrik batu bara lebih awal, dan harus lebih cepat dari 2038 (target saat ini)," katanya. "Tapi kita tidak bisa melanjutkan selama 17 tahun ke depan seolah-olah tidak ada yang terjadi."
Baik Olaf Scholz dan Laschet mengklaim bahwa pihak mereka menanggapi krisis dengan serius, meskipun keduanya menekankan pentingnya melindungi industri terkemuka Jerman — khususnya industri otomotif dan kimia.
Baca juga Konservatif Anjlok, Angela Merkel Peringatkan Pemilih Akan Pemerintahan Kiri