TEMPO.CO, Jakarta - Kurang dari sebulan setelah Taliban merebut Ibu Kota Kabul, Rabia Jamal membuat sebuah keputusan berat. Dia dengan berani memutuskan kembali bekerja di bandara internasional Kabul.
Kelompok radikal Taliban meminta
perempuan untuk tidak keluar rumah demi keamanan mereka. Namun Rabia, 35 tahun, ibu dengan 3 anak, tidak punya pilihan.
"Saya membutuhkan uang untuk membantu keluarga. Awalbya saya waswas, namun sekarang saya sudah merasa lebih baik," kata Rabia.
Sejumlah perempuan Afganistan mendengarkan penjelasan instruktrunya mengenai bagian mesin-mesin mobil saat mengikuti kelas mengemudi di Kabul, 16 Agustus 2014. REUTERS/Mohammad Ismail Rabia adalah satu dari 80 perempuan yang bekerja di bandara sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus 2021. Dari jumlah tersebut, hanya 12 orang yang kembali bekerja.
Hanya segelintir perempuan di Ibu Kota Kabul yang diizinkan untuk kembali bekerja. Taliban sudah memberikan pengumuman agar perempuan Afghanistan tidak kembali bekerja hingga pemberitahuan berikutnya.
Pada Sabtu, 11 September 2021, enam perempuan yang bekerja di bandara, berdiri di pintu masuk bandara. Mereka kadang ngobrol atau tertawasaat menunggu penumpang perempuan masuk untuk dipindai (scan). Mereka bertugas memeriksa penumpang perempuan yang hendak melakukan penerbangan domestik.
Kakak perempuan Rabia, Qudsiya Jamal, 49 tahun, mengatakan pengambil-alihan Pemerintah Afghanistan oleh Taliban telah membuatnya sangat terkejut. Taliban pernah berkuasa di Afghanistan pada 1996 - 2001.
"Saya sangat takut. Keluarga saya pun mengkhawatirkan saya. Mereka meminta saya untuk tidak bekerja. Namun saya sekarang sudah tenang," kata Jamal,
ibu dengan 5 anak dan pencari nafkah keluarga.
Sumber : NDTV