TEMPO.CO, Jakarta - Taliban memerintahkan bank membekukan rekening mantan pejabat Afghanistan termasuk pegawai pemerintah, dan anggota parlemen.
Taliban menyurati bank-bank swasta untuk mencari daftar semua rekening terkait dengan warga Afghanistan yang bekerja dengan rezim lama dukungan AS.
Laman Indiatoday mengutip wartawan BBC yang berbasis di Kabul, Khalili Noori, menyebutkan bahwa Taliban telah memerintahkan bank membekukan rekening mantan menteri, deputi, anggota parlemen, dan walikota.
Pekan lalu, bank-bank yang ditutup segera setelah Taliban merebut Kabul, diperintahkan untuk buka kembali. Namun, batas penarikan tunai mingguan yang ketat telah diberlakukan dan banyak orang terlihat mengantri untuk mengambil uang.
Bulan lalu, pemerintah AS membekukan cadangan pemerintah Afghanistan yang disimpan di AS, sehingga menghalangi Taliban mengakses miliaran dolar.
Sebagian besar aset moneter Afghanistan disimpan di luar negeri karena bank sentral negara berkembang lebih cenderung memarkir aset merekadi embaga seperti Federal Reserve of New York (FRNBY) atau Bank of England.
Menurut Gubernur Bank Sentral Afghanistan (DAB) Ajmal Ahmady, Taliban mungkin tidak dapat mengakses dana dan aset bank sentral senilai hampir 10 miliar dolar AS untuk jangka waktu lama karena sebagian besar aset ini tidak ada secara fisik di Afghanistan.
“Total cadangan DAB sekitar 9 miliar dolar pada minggu lalu. Tetapi ini tidak berarti bahwa DAB menyimpan 9 miliar dolar secara fisik di brankas kami. Sesuai standar internasional, sebagian besar disimpan dalam aset yang aman dan likuid seperti treasury dan emas,” kata Ahmady.
Hanya sejumlah kecil dari total aset moneter Afghanistan yang dapat diakses oleh Taliban.