TEMPO.CO, Jakarta - Foto-foto wartawan Afghanistan yang memar dipukuli oleh militan kelompok Taliban, telah menimbulkan keresahan global. Mereka mempertanyakan kemampuan kelompok garis keras tersebut dalam melindungi HAM dan menjamin kebebasan pers dalam pemerintahan Afghanistan yang baru.
Wartawan Afghanistan Taqi Daryabi dan Nematullah Naqdi dilaporkan menjadi korban pemukulan oleh Taliban setelah melakukan peliputan berita unjuk rasa yang dilakukan oleh perempuan Afghanistan di area Kart-e-Char, wilayah barat Ibu Kota Kabul pada Rabu, 8 September 2021.
Painful. Afghan journalists from @Etilaatroz, Nemat Naqdi & Taqi Daryabi, display wounds sustained from Taliban torture & beating while in custody after they were arrested for reporting on a women’s rally in #Kabul, #Afghanistan.#JournalismIsNotACrime https://t.co/jt631nRB69 pic.twitter.com/CcIuCy6GVw
— Marcus Yam (@yamphoto) September 8, 2021
Yang terjadi kemudian, Daryabi - editor video dan Naqdi - reporter, diculik oleh militan Taliban dan ditempatkan di dua ruangan berbeda. Mereka lalu dipukuli dan disiksa.
“Kami sudah mengatakan pada mereka bahwa kami ini wartawan, namun mereka tidak peduli. Saya pikir mereka akan membunuh kami, tetapi mereka terus mengolok-olok kami ,” kata Naqdi seperti dikutip dari LA Times.
Send our journalists to hospital. pic.twitter.com/W3GQ34BPtl
— Zaki Daryabi (@ZDaryabi) September 8, 2021
Pemberitaan LA Times menyebut, Taliban telah menghentikan koresponden asing dari kegiatan mengambil gambar dari unjuk rasa tersebut. Namun mereka hanya dipaksa untuk meninggalkan area demonstrasi.
LA Times juga mewartakan ada tiga wartawan, yang juga mengalami penculikan. Salah satunya adalah Kepala Pemberitaan lokal Euronews, yakni media yang berkantor pusat di Prancis. Namun dia sudah dibebaskan dalam kondisi selamat.
Baca juga: Koresponden Reuters Dideportasi Lebanon
Sumber: NDTV